Sabtu, 08 November 2014

Tekhnik Awal Penulisan Karya Ilmiah dengan Metode Kuantitatif



            Menulis merupakan suatu kegiatan mentransfer pengetahuan yang kita miliki kepada orang lain serta usaha untuk meyakinkan orang lain agar sependapat dengan ide kita. Pada paragraf pertama itulah ide-ide kita seharusnya dituangkan. Maka dari itu, paragraf pertama harus murni dari ide kita bukan kutipan dari sumber lain. Memasukkan kutipan pada paragraf ini sama saja dengan tidak menghargai kemampuan diri kita sendiri. Masalah ide saja harus mengambil dari pemikiran orang lain. Baru paragraf-paragraf selanjutnya boleh mengutip dari berbagai sumber kalau kita merasa tidak yakin pendapat kita akan diterima orang lain. Dengan mengutip itu orang lain akan lebih percaya dibandingkan kalau tidak disertai kutipan. Misalnya, pembaca akan lebih yakin dengan pendapat bahwa sesautu perbuatan itu diharamkan oleh syari’at kalau ide kita itu disertai kutipan dari ayat-ayat suci Al Qur’an, hadist-hadist shahih, dan pendapat-pendapat dari para ulama besar. Tetapi ada suatu hal yang perlu diperhatikan dalam mengutip sebuah gagasan, yakni harus selalu menyertakan sumber yang dikutip tersebut. Tidak menyertakan sumbernya sama saja dengan mencuri atau kalau dalam istilah kepenulisan dinamakan plagiat. Sebab mengambil sesuatu yang menjadi milik orang lain tanpa izin itu adalah tindakan pencurian. Mencantumkan sumber sama dengan meminta izin secara tidak langsung kepada pemilik gagasan itu untuk kita kutip.
            Meskipun begitu begitu bukan berarti dari paragraf kedua hingga paragraf terakhir isinya semua kutipan. Pendapat kita harus menjadi yang lebih dominan di dalam tulisan itu. kalau dalam buku yang kita tulis itu isinya kutipan berarti buku itu nilainya lebih besar daripada diri kita. Padahal seharusnya diri kitalah yang dibesarkan oleh buku itu. Menulis juga bukan seperti mengkliping, artinya bukan asal menempel pendapat orang lain dari segala sumber. Apalagi kalau sekedar menampel pendapat tanpa berusaha untuk memahami terlebih dahulu. Hal ini yang nantinya bisa berakibat antara paragraf satu dengan paragraf yang lain tidak padu.
            Untuk menghasilkan ide-ide yang berbobot penulis harus bisa kritis terhadap masalah yang menjadi bidang kajiannya. Lihatlah permasalahan itu dari perbagai sudut pandang baru yang belum pernah ditinjau oleh penulis lain. Ide yang berbobot bukan ide yang hanya sekedar mengkritik atau membenarkan ide yang sebelumnya, tetapi hendaknya mampu mengkritik, membenarkan dan menghasilkan ide baru. Maka dalam menulis biasakan menggunakan kata-kata yang memuat ketiga kemungkinan tersebut. Kata-kata yang memuat ketiga kemungkinan itu seperti kata “tetapi”, “namun”,“sebenarnya”, dan kata-kata yang senada. Misalnya, menggunakan kata “tetapi”. Ini seolah-olah penulis hendak mengatakan bahwa pendapat itu salah tetapi disisi lain ada benarnya dan lebih baiknya lagi harus begini.       
            Dalam menulis, khususnya untuk karya-karya ilmiah (non-fiksi) bahasanya tidak boleh bertele-tele. Artinya harus to the poin saja. Jangan sampai gagasan yang sudah kita sampaikan diawal kita ulang-ulang lagi pada pembahasan yang selanjutnya. Sebab karya ilmiah berbeda dengan tulisan-tulisan fiksi seperti novel, cerpen dan lain sebagainya. Untuk kara-karya fiktif memang bahasanya harus dibuat mendayu-dayu agar menimbulkan kesan dan efek tertentu bagi pembacanya. Lebih bagusnya lagi kalau dalam satu tulisan itu mempunyai sedikit sekali kata-kata yang diulang-ulang. Untuk membiasakan hal ini seorang penulis haruslah banyak-banyak membaca buku. Renungilah kata demi kata maka perbendaharaan kosa kata anda dengan sendirinya akan meningkat.
            Ide-ide yang akan kita tulis hendaknya sudah tergambar secara jelas di dalam kata pengantar. Dalam kata pengantar hendaknya ditulis tentang pesan-pesan apakah yang nantinya akan disampaikan. Disini kita berusaha meyakinkan penulis mengapa masalah ini layak dan menarik untuk dibahas. 
            Dalam penulisan karya ilmiah bisa didekati dengan dua metode pendekatan, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Pendekatan dengan metode kuantitatif atau bisa juga disebut sebagai analisis statistik artinya pendekatan dengan menggunakan data-data yang berwujud angka-angka. Metode ini hanya bisa dipakai untuk data-data yang bisa terukur saja. Data yang tidak dapat diukur atau tidak bisa dikonstruksikan ke dalam data-data angka tidak bisa didekati dengan pendekatan kuantitatif tetapi harus menggunakan pendekatan secara kualitatif. Sepertihalnya data yang berupa kata-kata.
            Dalam membuat karya ilmiah dengan metode kuantitatif harus memperhatikan sistematika penulisannya. Pertama, adalah memunculkan masalah yang akan kita bahas dalam karya tersebut. Memunculkan masalah yang akan kita bahas bisa meliputi:
-          Latar belakang permasalahan, yakni mengemukan mengapa permasalahan ini layak dibahas. Biasanya dalam latar belakang ini terdapat beberapa anggapan atau perdebatan-perdebatan teori yang terjadi sebelumnya.
-          Identifikasi masalah
-          Pembatasan, agar masalah yang dibahas tidak terlalu luas dan akhirnya tidak fokus ke permasalahan pokok maka perlu kita batasi bidang kajiannya.
-          Perumusan masalah, dari permasalahan-permasalahan yang sudah ada dan sudah spesifik itu kita buat dalam suatu rumusan-rumusan pertanyaan yang hendak kita ungkap dari permasalahan itu.
Setelah itu kemudian kita mengkaji secara kepustakaan terhadap permasalahan itu baik dari segi konsep, teori-teori yang diungkapkan oleh para ahli, kerangka berpikir, hasil-hasil (review) permasalahan yang telah ada kemudian kita bisa merumuskan hipotesis atau dugaan awal. Lalu setelah itu dirumuskan variabel, indikator dan pengukuran terhadap objek yang akan kita teliti dalam bentuk quisioner (daftar pertanyaan-pertanyaan) untuk memperoleh data secara primer. Atau untuk data yang sifatnya luas dan tidak mungkin kita teliti sendiri maka kita bisa cari data tersebut pada lembaga-lembaga penyedia data seperti lembaga survei, lembaga pencatatan kependudukan dan lembaga lainnya. Untuk mencari data-data yang sudah tidak bisa kita dapatkan secara primer maka menggunakan data-data sekunder, yakni dengan mencari pada buku-buku terkait yang membahas tentang hal itu.
Jika semua data-data sudah diperoleh secara lengkap maka tahap selanjutnya sebelum kita menuliskannya maka terlebih dahulu kita analisa data itu. Ada beberapa teknik yang bisa kita tempuh dalam menganalisa suatu data, yaitu:
-          Mendeskripsikan, yaitu mengenali data-data yang sudah kita dapatkan
-          Mengelompokkan, setelah dikenali kemudian data-data itu dikelompokkan ke dalam beberapa klasifikasi yang sama. Tujuannya kita bisa mengetahui perbedaan yang muncul dari hasil penelitian itu.
-          Mengkomparasikan, dari beberapa data yang berbeda itu kemudian kita komparasikan (membandingkan) antara data yang satu dengan yang lain.
-          Menghubung-hubungkan, data-data yang sudah kita klasifikasikan itu kemudian kita tarik benang merahnya dengan permasalahan yang kita teliti.
Setelah analisa selesai maka langkah selanjutnya adalah menuliskan hasil yang sudah kita peroleh itu pada bab pembahasan dengan mematuhi sistematika-sistematika yang sudah ditentukan sebelumnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar