Sabtu, 08 November 2014

Manisnya Iman

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitqabnya Fathul Bari, bahwa tidak semua orang bisa merasakan yang namanya manisnya iman. Sebagaimana manisnya madu hanya akan dirasakan oleh orang yang sehat, sedangkan orang yang sakit kuning tidak mampu merasakan manisnya madu. Demikian pula manisnya iman. Ia hanya didapatkan oleh orang-orang yang imannya "sehat". Menurut hadist Nabi SAW ada tiga syarat untuk memperoleh manisnya iman. Yakni, sebagaimana hadist berikut ini.
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka."
(H.R. bukhari no.16)
Dari hadis tersebut kita bisa ambil kesimpulan bahwa untuk merasakan manisnya iman harus menjalankan ketiga hal yakni :
1. Menjadikan Alloh dan Rosulnya lebih dicintai dari pada yang lainya
Bagaimana seseorang bisa merasakan kebahagiaan beribadah kepada Alloh dan ‘itibba’ kepada rosul ketika ada hal-hal lain yang lebih dicintainya. Tentunya dia akan merasa lebih bahagia ketika bersama hal lain yang lebih dicintainya tersebut, ketimbang Alloh SWT dan Rosul-Nya.
2. Mencintai seseorang semata-mata karena Alloh.
Tentunya kita tidak munafik, bahwa selain mencintai Allah SWT, kita juga mencintai seseorang, seperti mencintai istri/suami, orang tua, kerabat dan teman kita. Tetapi itu semua harus ada ilmunya. Caranya harus di manage,sebagaimana kisah pembicaraan fudail bin ‘iyad dengan ayahnya berikut ini.
Apakah ayah mencintai ibu dan bapak ayah?” Tanya Fudail bin ‘Iyad
“Ya aku mencintainya” Jawab sang ayah.
Apakah ayah juga mencintai ibuku?” Tanyanya lagi
Ya, aku juga mencintainya”. Sang Ayah menjawab kembali.
Apakah ayah juga mencintai aku, sebagai anakmu?” Si Anak penasaran.
Ya, aku mencintaimu nak”. Tegas sang Ayah.
Apakah ayah juga mencintai Allah dan Rasul-Nya?” Tanya si anak.
Ya, jelas aku mencintainya”. Jawab sang Ayah
Lalu bagaimana ayah membagi cinta ayah?” Tanyanya penasaran.
Si Ayah menjawab dengan bijaksana: “Ayah mencintai orang tua ayah, ibumu, dan kamu sendiri karena Allah SWT dan Rasulnya.
Orang yang mencintai seseorang bukan karena Alloh SWT dan Rosul-Nya, akan sibuk mencari cara supaya mendapatkan cintanya dari orang tersebut. Waktunya akan senantiasa terforsir oleh hal itu sehingga tidak ada waktu lagi untuk merasakan manisnya iman ini melalui ibadah yang kita lakukan.
Terbukti pula orang yang mencintai seseorang yang bukan karena Allah dan rasulnya, akan senantiasa merasa dikecewakan oleh timbal balik tingkahnya lakunya yang diberikan kepadanya. Tetapi orang yang mendasarkan cintanta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, atas segala kecintaannya itu maka apapun timbal balik tingkah laku yang diberikan olehnya dia tidak akan merasakan kekecewaan, karena dia telah yakin semua itu akan mendapatkan keridhoan Tuhannya.
3. Benci kembali kepada kekukfuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka.
Seseorang dapat dipastikan masuk kedalam neraka dalam posisi kafir. Makanya setelah dia mendapatkan hidayah dan mengetahui hal tersebut maka dia amat benci untuk kembali kepada kekafiran setelah dia mendapatkan hidayah yang begitu besar dan mulia.
Ciri – ciri orang yang merasakan manisnya iman adalah sebagai berikut ini.
1.  Merasakan ketenangan dan kebahagiaan saat beribadah, kebanyakan orang akan merasa lega tatkala selesai melaksanakan ibadah. Tetapi orang yang merasakan manisnya iman akan bahagia akan apa yang diperolehnya saat melaksanakan ibadah bahkan tatkala selesai melaksanakan ibadah. Karena ibadah bukan sebagai kewajiban tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan  baginya.
2. Terhindar dari segala macam kesedihan dan kegalauan. Hal ini karena Alloh telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman, kebahagiaan di dunia maupun di akherat. Sedangkan Alloh SWT, tidak pernah ingkar terhadap janjinya tersebut, hal ini sebagaiman firman Alloh berikut ini :
Iwr& žcÎ) uä!$uŠÏ9÷rr& «!$# Ÿw êöqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtøts ÇÏËÈ   šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qçR%Ÿ2ur šcqà)­Gtƒ ÇÏÌÈ   ÞOßgs9 3tô±ç6ø9$# Îû Ío4quysø9$# $u÷R9$# Îûur ÍotÅzFy$# 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? ÏM»uHÍ>x6Ï9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ uqèd ãöqxÿø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇÏÍÈ  
Artinya:
Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.  (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (Q.S. Yunus 10: 62-64)
Khatimah
Ayo sahabat, kita berupaya untuk dapat merasakan manisnya iman. Kita tidak suka yang pahit, kita tidak mau merasakan pahitnya hidup, bahkan jamu yang pahit saja kita tidak suka. Nah, sekarang bagaimana dengan kondisi iman kita saat ini, apakah sudah manis rasanya? Atau kita sendiri malahan tidak bisa merasakan apa-apa, karena sensor rasa kita sudah mati.
Ayo hidupkan kembali rasa iman kita dengan ikhlas menjalankan ibadah kepada Alloh SWT yang wajib maupun yang sunnah dan jadikan ibadah itu bagian dari gaya hidup kita dan kebutuhan kita. Sama seperti ketika kita membutuhkan pakaian dan berbagai fasilitas dunia ini, maka ibadah pun kita posisikan sama seperti hal-hal duniawi yang amat kita jaga dan kita cintai itu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar