Minggu, 28 Desember 2014

DI SAAT ENGKAU LEMAH...



Mungkin kita semua pernah mengalami saat-saat paling lemah. Saat engkau merasa bahwa anda pada suatu titik kesulitan yang terasa amat sangat sulit dan anda harus menghadapi sendirian. Tanpa ada karib kerabat atau teman sejawat yang membantu. Ketika itu mungkin anda hampir memutuskan untuk menyerah. Merasa sudah tak mungkin lagi akan ada jalan yang membentang untuk dilalui.  
Ingatlah wahai saudaraku semua, saat itu ada yang datang menyongsong anda
Ingatlah saat itu ada yang datang meringankan beban anda
Ingatlah saat itu ada yang bersedia memikul beban anda
Ingatlah sebenarnya yang datang untuk menyongsong untuk meringankan dan bersedia memikul beban berat anda saat itu adalah “ALLAH SWT”.
Dia selalu ada untukmu di saat kau lemah
Dia selalu ada untukmu di saat kau ingin menyerah
Dia selalu ada untukmu di saat kau sedih
Dia selalu ada untukmu setiap saat
Tetapi mengapa kadangkala kita selalu....
Menjauh dari Allah...
Tetapi mengapa kadangkala kita selalu....
Mengabaikan panggilan Allah....
Tetapi mengapa kadangkala kita selalu....
Meninggalkan perintah Allah....
Padahal Dia....
Selalu ada buatmu walaupun kau tidak pernah ada waktu buat-Nya.
Maka,
فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan??”

Minggu, 21 Desember 2014

Hasad, Dalam Lintas Sejarah



Hasad merupakan perasaan tidak senang ketika melihat orang lain mendapatkan suatu nikmat. Kemudian berusaha agar nikmat itu berpindah kepada dirinya. Hasad bukanlah sesuatu hal yang baru muncul dewasa ini. Namun sifat hasad sudah ada sejak pertama kali manusia diciptakan. Berikut ini perkembangan hasad dari waktu ke waktu.
1.      Hasad Iblis kepada Nabi Adam AS dan keturunannya
Ini merupakan cikal bakal hasad. Iblis bisa disebut sebagai bapak Hasad sedunia. Hasad inilah yang kemudian menyebabkan Iblis enggan taat kepada perintah Allah SWT saat diperintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam AS.
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٤
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (Q.S. Al Baqarah 2:34)
Sifat hasad mendorong iblis untuk meminta dipanjangkan umurnya sampai hari kiamat kelak. Bukan untuk bertaubat kepada Allah SWT kemudian memperbaiki diri, melainkan untuk terus-menerus mengekspresikan sifat hasadnyadengan cara menyesatkan anak keturunan Adam AS.
قَالَ أَنظِرۡنِيٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ١٤  قَالَ إِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ١٥ قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧
Artinya:
“Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan" Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh" Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (Q.S. al A’raf 7:14-17)
2.      Hasad Qabil kepada Habil
Qabil merasa hasad kepada Habil sebab qurbannya tidak diterima karena memang yang diqurbankan bukanlah hasil usahanya yang terbaik.
۞وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ ٢٧ لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقۡتُلَنِي مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٖ يَدِيَ إِلَيۡكَ لِأَقۡتُلَكَۖ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٨ إِنِّيٓ أُرِيدُ أَن تَبُوٓأَ بِإِثۡمِي وَإِثۡمِكَ فَتَكُونَ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلنَّارِۚ وَذَٰلِكَ جَزَٰٓؤُاْ ٱلظَّٰلِمِينَ ٢٩ فَطَوَّعَتۡ لَهُۥ نَفۡسُهُۥ قَتۡلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُۥ فَأَصۡبَحَ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٣٠
Artinya:
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa" "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam" "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim" Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi”. (Q.S. Al Maidah 5:27-30)
                        Dari sifat hasad itu kemudian mendorong Qabil untuk melakukan tindakan kriminal, membunuh Habil. Pembunuhan pertama dilatar belakangi oleh sifat hasad. Bahkan sampai sekarang ini banyak kasus-kasus pemunuhan yang didorong oleh sifat hasad.
3.      Hasad saudara-saudara Nabi Yusuf AS
Saudara-saudaranya merasa hasad karena merasa Nabi Yusuf AS lebih diutamakan oleh ayahnya. Kemudian sifat hasad ini melahirkan banyak sekali kejahatan, seperti:
-       Berkonspirasi untuk melakukan pembunuhan kepada Nabi Yusuf AS.
-       Berbohong kepada ayahnya dan semua orang
-       Menimpakan kesalahan pada pihak yang tidak bersalah, yakni serigala.
-       Menuduh ayahnya dalam kesesatan yang nyata
-       Tidak peduli terhadap penderitaan ayahnya sejak kehilangan Yusuf AS.
4.      Hasad ahli kitab kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya.
Sifat hasad inilah yang mendorong para ahli kitab untuk tidak beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW walaupun mereka mengetahui bahwasanya ajaran yang dibawa oleh beliau itu berupa kebenaran. Mereka berusaha untuk menyembunyikan kebenaran itu dan berusaha untuk memurtadkan kaum muslimin dengan syubhat-syubhat dan konspirasi jahat yang mereka buat.
وَدَّ كَثِيرٞ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِكُمۡ كُفَّارًا حَسَدٗا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ فَٱعۡفُواْ وَٱصۡفَحُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١٠٩
Artinya:
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. Al Baqarah 2:109)
            Karena kita semua sudah mengetahui berbagai macam kejahatan yang lahir akibat sifat hasad serta akibatnya di kemudian hari maka sudah seharusnya kita menolak warisan hasad itu dari mereka.

Sabtu, 20 Desember 2014

Keinginan Mendapatkan Kemuliaan

Kemuliaan didapatkan dengan...

Pertolongan Tuhan... bukan dengan kekayaan

Kebesaran Tuhan.... bukan dengan jabatan

Keagungan Tuhan.... bukan dengan kepandaian

Kekuasaan Tuhan... bukan dengan ketampanan

Jumat, 05 Desember 2014

Pendekatan Perilaku dan Kognitif Sosial



BAB I
PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang masalah
                        Seorang filsuf Yunani abad ke-4 SM Aristoteles mengatakan bahwa,
“Belajar adalah kenikmatan alami”.
Tetapi realitas yang terjadi di sekolah-sekolah atau di madrasah-madrasah banyak anak-anak yang merasa bahwa belajar itu membosankan. Sehingga banyak dari mereka yang kemudian berusaha menghindar dari pelajaran baik itu dengan pura-pura sakit, mebolos atau dengan cara-cara yang lainnya. Hal ini terjadi karena ada kesalahan yang dilakukan oleh guru tentang cara mengajar siswa. Seorang guru biasanya menggunakan pendekatan yang kurang tepat sehingga menimbulkan suasana jauh dari kenyamanan.
            Di sisi lain kebanyakan orang setuju bahwa membantu siswa dalam belajar adalah fungsi vital dari sekolah. Namun, tidak semua orang mengetahui lalu setuju mengenai cara terbaik untuk belajar. Kita memulai bab ini memulai dengan apa yang melibatkan pembelajaran, kemudian beralih ke pendekatan perilaku utama untuk belajar. Selanjutnya, kita membahas bagaimana prinsip-prinsip perilaku yang diterapkan untuk mendidik siswa. Pada bagian terakhir, kita akan membahas tentang pendekatan kognitif sosial untuk belajar.
2.     Rumusan Masalah
a.       Apakah belajar itu?
b.      Apa saja pendekatan pembelajaran yang efektif untuk dikembangkan di kelas?
c.       Apa perbedaan antara pengkondisian klasik dan pengkondisian operan?
d.      Bagaimana penerapan analisis perilaku dalam pendidikan?
e.       Apa yang dimaksud dengan pendekatan kognitif sosial dalam pembelajaran?

3.     Tujuan
a.       Mengetahui definisi belajar dan gambaran lima pendekatan untuk mempelajarinya
b.      Membandingkan pengkondisian klasik dan pengkondisian operan
c.       Menerapkan analisis perilaku dalam pendidikan
d.      Meringkas pendekatan kognitif sosial untuk pembelajaran



















BAB II
PEMBAHASAN
1.     Apakah Belajar atau Tidak Belajar?
Belajar merupakan fokus sentral pembahasan dalam ilmu psikologi pendidikan. Ilmu ini sangat urgen untuk diterapkan di lingkungan sekolah. Karena memang sekolah merupakan suatu lingkungan sosial untuk membantu anak-anak belajar.
a.      Belajar atau bukan?
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang terjadi melalui serangkaian pengalaman yang dialami. Misalnya, ketika seorang anak belajar mengoperasikan komputer. Mereka mungkin sepanjang perjalannya melakukan banya kesalahan. Tetapi pada titik tertentu mereka akan mendapatkan bakat perilaku yang diperlukan untuk menggunakan komputer secara efektif.
Tidak semua yang kita tahu adalah hasil belajar. Kita mewarisi beberapa kapasitas bawaan atau sejak lahir, tidak dipelajari. Sebagai contoh, kita tidak harus diajarkan cara berkedip ketika sebuah obyek datang terlalu dekat dengan mata kita.
b.      Pendekatan pembelajaran
Behaviorisme merupakan pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan oleh pengalaman yang dapat diamati secara langsung, bukan dengan proses mental. Pengkondisian klasik dan operan adalah pandangan tentang perilaku yang menekankan pada pembelajaran asosiatif.  Psikologi menjadi lebih kognitif pada akhir abad ke-20, dan penekanan kognitif berlanjut sampai hari ini. Hal ini tercermin dalam empatpendekatan kognitif untuk pembelajaran:
-          Pendekatan kognitif sosial, menekankan pada   interaksi perilaku, lingkungan, dan orang dalam menjelaskan pembelajaran.
-          Pendekatan pemrosesan informasi, menekankan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, memori, berpikir, dan proses kognitif lainnya.
-          Pendekatan kontruktivis kognitif, menekankan kontruksi kognitif pengetahuan dan pemahaman anak.
-          Pendekatan kontruktivis sosial, menekankan pada kerjasama dengan pihak lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.
2.     Pendekatan Perilaku Untuk belajar
Perilaku pendekatan menekankan pentingnya anak-anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Hal ini mencakup dua pandangan: pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.
a.      Pengkondisian Klasik
Dalam pengkondisian klasik, organisme belajar untuk menghubungkan atau mengaitkan rangsangan. Pengkondisian klasik adalah gagasan dari Ivan Pavlov (1927). Untuk sepenuhnya memahami teori Pavlov pengkondiasian klasik, kita perlu memahami dua rangsangan dan dua jenis tanggapan: rangsanagan tidak terkondisi (Unconditioned Stimulus-UCS), respon tidak terkondisi (Unconditioned Respon-UCR), rangsangan terkondisi (conditioned Stimulus-CS) dan respon terkondisi (conditioned Respon-CR).  
UCS adalah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa harus belajar sebelumnya. Makanan adalah UCS dalam percobaan Pavlov. UCR adalah respon tanpa belajar yang secara otomatis ditimbulkan oleh UCS. Dalam eksperimen Pavlov, air liur anjing dalam menanggapi makanan UCR. CS adalah stimulus yang sebelumnya netral tapi pada akhirnya memunculkan respon terkondisi setelah dikaitkan dengan UCS. Diantara rangsangan yang dikondisikan dalam percobaan Pavlov adalah berbagai pemandangan dan suara yang terjadi sebelum anjing benar-benar memakan makanan. Seperti suara pintu ditutup sebelum makanan ditempatkan di piring anjing. CR adalah respon yang dipelajari terhadap stimulus terkondisi yang terjadi setelah UCS-CS dipasangkan.
Pengkondisian klasik ini dapat terlibat dalam dua pengalaman positif dan negatif anak-anak di dalam kelas. Diantara hal-hal di sekolah anak yang menghasilkan kesenangan karena mereka telah mendapatkan pengkondisian klasik adalah lagu favorit dan perasaan bahwa kelas adalah tempat yang aman dan menyenangkan. Sebagai contoh sebuah lagu akan menjadi netral untuk anak sampai ia bergabung dengan teman sekelas lain untuk menyanyikan dengan disertai perasaan positif.
Anak-anak dapat mengembangkan perasaan takut di kelas jika mengasosiasikan kelas dengan kritik, sehingga kritik menjadi CS karena takut. Pengkondisian klasik juga dapat terlibat dalam tes kecemasan. Misalnya, seorang anak gagal dan dikritik, yang menghasilkan kecemasan, setelah itu, ia mengasosiasikan tes dengan kecemasan. Sehingga mereka kemudian dapatmenjadi CS untuk kecemasan.
Ø  Generalisasi, diskriminasi, dan kepunahan
Generalisasi adalah kecenderungan stimulus baru yang mirip dengan stimulus asli yang dikondisikan untuk menghasilkan respon yang sama. Misalnya, seorang siswa dikritik karena kinerja yang buruk pada tes biologi. Ketika siswa itu mulai mempersiapkan untuk tes kimia, ia juga menjadi sangat gugup karena kedua mata pelajaran yang erat kaitannya dalam Sains. Dengan demikian kecemasan siswa menggeneralisasikan dari mengambil tes dalam salah satu mata pelajaran untuk mengambil mata pelajaran yang lain.
Diskriminasi terjadi ketika organisme merespon rangsangan tertentu dan tidak pada rangsangan yang lain. Misalnya, seorang mahasiswa merasa tidak gugup dalam mengambil mata kuliah yang berbeda. Karena dia tahu kalau kedua mata kuliah itu merupakan bidang studi yang berbeda.
Kepunahan melibatkan melemahnya CR tanpa adanya UCS. Misalnya, seorang mahasiswa tidak merasa gugup lagi ketika melakukan kinerja yang lebih baik pada mata kuliah itu, kecemasannya pun memudar.
Ø  Desensitisasi Sistematis
Merupakan suatu metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik untuk mengurangi kecemasan dengan melakukan sesuatu hal untuk mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi dari situasi berturut yang semakin memproduksi kecemasan. Bayangkan anda di kelas memiliki seorang siswa yang merasa gugup ketika berbicara di depan kelas. Tujuan desensitisasi sistematis adalah mengajari siswa untuk mengasosiasikan bicara di depan kelas dengan relaksasi, seperti berjalan di pantai yang tenang. Menggunakan visualisasi berturut-turut, siswa mungkin berlatih desensitisasi sistematis dua minggu sebelum berbicara di depan kelas, lalu seminggu sebelumnya, empat hari sebelumnya, dua hari sebelumnya, sehari sebelumnya, sebelum masuk sekolah, pada saat memasuki ruang kelas, perjalanan ke depan kelas, dan ketika pembicaraan itu berlangsung.
b.      Pengkondisian Operan
Pengkondisian operan (Instrumental) adalah suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi berupa hukuman dan imbalan dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas bahwa perilaku itu akan terjadi. Pencetus dari teori ini adalah B.F. Skinner (1938).
Penghargaan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa perilaku akan terjadi. Sebagai contoh, anda mengatakan “Selamat, aku benar-benar bangga dengan cerita yang kamu tulis”, jika mahasiswa bekerja keras dan menulis cerita yang lebih baik dari sebelumnya. Penghargaan ini akan meningkatkan probabilitas perilaku menulis mahasiswa tersebut. Sebaliknya, hukuman merupakan konsekuensi yang menurunkan probabilitas perilaku yang akan terjadi. Misalnya, ketika mahasiswa sedang berbicara di depan kelas kemudian dosen mengerutkan dahi, maka pembicaraan mahasiswa ini akan berkurang. Mengerutkan dahi ini dikatakan sebagai hukuman saat siswa itu berbicara.
Bentuk penguatan perilaku ada dua macam, yakni penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berarti meningkatkan frekuensi respon karena diikuti oleh stimulus yang bermanfaat. Seperti contoh di atas, pujian dari dosen bisa meningkatkan perilaku menulis mahasiswa. Sedangkan penguatan negatif adalah meningkatkan frekuensi respon karena diikuti dengan rangsangan penghapusan hukuman (menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ayah mengomel pada anaknya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ia terus mengomel. Akhirnya si anak bosan mendengarkan omelan ayahnya dan melakukan pekerjaan rumahnya itu. Respon anak tersebut (mengerjakan PR) merupakan bentuk penghapusan stimulus tidak menyenangkan (omelan).
Dalam pengkondisian operan juga terjadi generalisasi, diskriminasi dan kepunahan yang mirip dengan pengkondisian klasik.  Generalisasi dalam pengkondisian operan misalnya terjadi ketika seorang dosen memuji mahasiswanya dalam mata kuliah psikologi pendidikan maka mahasiswa tersebut akan menyama ratakan rangsangan ini untuk melakukan pekerjan yang lebih keras lagi dalam mata kuliah bidang lainnya. Diskriminasi dalam pengkondisian operan terjadi ketika seorang siswa melihat nampan berlabel “matematika” adalah tempat dimana seharusnya dia meletakkan pekerjaan matematika hari ini. Sedangkan nampan yang berlabel “Bahasa Inggris” adalah tempat untuk meletakkan pekerjaan bahasa Inggris hari ini bukan untuk pekerjaan yang lain. Kepunahan dalam pengkondisian operan terlhat ketika seorang mahasiswa mencubit temannya dan dosen segera menegurnya. Jika hal ini terjadi secara teratur maka mahasiswa akan belajar bahwa mencubit temannya merupakan suatu cara untuk mendapatkan perhatian dari dosen. Jika kemudia dosen mengabaikannya, mungkin perilaku mahasiswa tadi akan dihentikan.
3.    Analisis Perilaku Terapan dalam Pendidikan
Analisis Perilaku Terapan  melibatkan penerapan prinsip-prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku siswa. Penggunaan analisis perilaku terapan sangat berguna dalam bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Aplikasi analisis perilaku terapan ini sering menggunakan serangkaian langkah, yakni.
a.      Meningkatkan perilaku yang diinginkan
Ada enam langkah praktis yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan pada siswa, yaitu:
v  Berikan penguatan secara efektif
Setiap anak mempunyai penguatan yang berbeda-beda. Analisis perilaku terapan merekomendasikan agar guru mengetahui apakah penguatan itu bekerja baik atau tidak pada anak tertentu. Untuk mengetahui penguatan apa yang efektif bagi siswa dapat dilakukan dengan cara memeriksa apa yang telah memotivasi anak di masa lalu (sejarah), yakni sejarah tentang apa yang siswa ingin tetapi tidak didapatkan dengan mudah atau yang sering didapatkan, dan persepsi anak tentang motivasi tersebut.
David Premack, seorang psikolog membuat suatu prinsip yang kemudian disebut sebagai prinsip Premack. Teori itu menyatakan bahwa kemungkinan kegiatan yang lebih diinginkan dapat berfungsi sebagai motivasi untuk kegiatan yang kurang diinginkan. Misalnya, seorang guru mengatakan bahwa “jika kamu sudah menyelesaikan soal matematika maka kamu boleh pulang”. Namun hal ini hanya efektif jika pulang lebih diinginkan daripada mengerjakan soal matematika.
v  Buat penguat kontigen dan tepat waktu
Penguatan hanya diberikan pada waktu yang tepat dan hanya jika siswa melakukan sesuatu hal yang diinginkan. Pernyataan “jika…. maka…” dapat digunakan untuk untuk membuat siswa merasa jelas atas apa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan imbalan.
v  Pilih jadwal terbaik dari penguatan
Dalam penguatan yang terjadi secara terus-menerus memang siswa akan belajar dengan sangat cepat tetapi ketika penguatan itu berhenti maka kepunahan akan terjadi dengan sangat cepat. Skinner (1957) mengembangkan jadwal penguatan, yaitu penguatan jadwal parsial yang menentukan kapan respon akan diperkuat. Ada empat jadwal utama penguatan, yaitu:
-          Jadwal rasio tetap, yaitu perilaku diperkuat setelah melewatkan sejumlah tanggapan. Misalnya, guru memberikan pujian hanya setelah siswa berhasil menjawab lima pertanyaan dengan benar.
-          Jadwal rasio variable, penguatan diberikan setelah siwa melakukan beberapa kali tanggapan, namun penguatan yang dilakukan tidak terduga.
-          Jadwal interval tetap, respon yang tetap pertama setelah jumlah waktu yang tetap diperkuat. Misalnya, guru dapat memuji anak untuk pertanyaan pertama yang anak minta setelah tiga menit kemudian.
-          Jadwal variabel interval, repon diperkuat setelah jumlah variabel waktu berlalu. Misalnya, guru memuji pertanyaan siswa setelah lima belas menit, Sembilan menit, enam menit dan sebagainya.
v  Pertimbangkan kontrak
Merupakan penguatan kontigensi yang diletakkan secara tertulis. Guru menyetujui untuk melakukan sesuatu jika seorang siswa berperilaku dengan cara tertentu. Kontrak kelas ini biasanya ditandatangani oleh guru, siswa dan diberi tangal kapan dibuat perjanjian itu.
v  Gunakan penguatan negatif secara efektif
Menggunakan penguatan negatif mempunyai kelemahan. Terkadang ketika guru mencoba menggunakan penguatan negatif, anak malah memberontak. Hasil negatif ini terjadi paling sering ketika anak-anak tidak memiliki ketrampilan atau kemampuan untuk melakukan apa yang guru minta.
v  Menggunakan permintaan dan membentuk
Permintaan adalah rangsangan tambahan atau isyarat yang diberikan tepat sebelum respon yang meningkatkan kemungkinan bahwa respon akan terjadi. Permintaan bisa berwujud verbal. Contohnya, ketika sedang belajar membaca, guru memegang huruf “I-B-U” kemudian mengatakan “ bukan itu tapi…”. Atau bisa juga berbentuk intruksi seperti “Mari kita mulai membaca”. Atau bisa juga berbentuk petunjuk, misalnya ketika guru memberi tahu siswa tentang cara baris-berbaris. Permintaan juga bisa berwujud visual, seperti ketika guru menempatkan tangannya di telinga ketika siswanya berbicara sangat pelan.
Membentuk melibatkan pengajaran perilaku baru dengan memperkuat aproksimasi ke perilaku target yang ditentukan. Misalnya seorang siswa yang tidak pernah menyelesaikan 50% dari tugas matematikanya. Tetapi anda menetapkan target 100% tugas matemaikanya dikerjakan. Maka anda harus memberikan penguatan sampai aproksimasi target. Awalnya mungkin anda hanya memberikan penguatan ketika sudah mengerjakan sekitar 60%, pada waktu berikutnya 70%, 80%, 90% sampai akhirnya sampai 100%. Membentuk membutuhkan penguatan sejumlah langkah kecil dalam perjalanan ke perilaku yang menjadi target.
b.      Menurunkan perilaku yang tidak diinginkan
Untuk menurunkan perilaku yang tidak diinginkan, analisis perilaku Paul Alberto dan Anne Troutman (2009) merekomendasikan langkah-langkah berikut ini:
·         Menggunakan penguatan deferensial
Guru memperkut perilaku yang diinginkan dan berbeda dari apa yang dilakukan oleh siswa. Misalnya, guru memperkuat anak untuk kegiatan pembelajaran computer daripada main game.
·         Hentikan penguatan (kepunahan)
Strategi menghentikan penguatan dengan cara menarik penguatan positif yang diterjemahkan anak sebagai bentuk legalitas atas perbuatan buruknya. Jika anda menyadari terlalu banyak memberikan perhatian kepada perilaku siswa yang tidak pantas, maka segera abaikan dan berikan perhatian pada perilaku yang sesuai.
·         Menghapus rangsangan yang diinginkan
Setelah anda mencoba dua opsi di atas tetapi belum juga efektif, maka ada pilihan yang ketiga yakni dengan menghentikan rangsangan yang diinginkan selama ini anda berikan. Misalnya dengan menghapus beberapa hak istimewa.
·         Menghadirkan rangsangan berupa hukuman
Sebuah stimulus hukuman hanya boleh dilakukan sebagai suatu usaha terakhir setelah beberapa cara ditempuh tetapi tidak efektif juga. Bentuk yang paling umum dari hukuman di dalam kelas berupa teguran. Sedangkan hukuman secara fisik tidak boleh diberikan.
4.     Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Belajar
a.      Teori kognitif sosial bandura
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, seperti perilaku, memainkan peran penting dalam belajar. Faktor kognitif mungkin melibatkan harapan siwa untuk sukses, faktor sosial mungkin mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku prestasi orangtua mereka. Teori ognitif merupakan sumber yang semakin penting dari aplikasi kelas.
Albert Bandura adalah arsitek utama teori kognitif sosial. Ia mengatakan bahwa ketika siswa belajar, mereka dapat secara kognitif mewakili atau mengubah pengalaman mereka. Model determinisme timbal balik dari pembelajarannya meliputi tiga faktor utama : orang/kognisi, perilaku, dan lingkungan. Orang (kognitif) faktor yang diberikan penekanan yang paling oleh Bandura dalam beberapa tahun terakhir adalah efikasi diri, keyakinan bahwa seseorang dapat mengasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif.
b.      Pembelajaran observasional
Belajar observasional adalah pembelajaran yang melibatkan pemerolehan keterampilan, strategi, dan keyakinan dengan mengamati orang lain. Bandura menjelaskan empat proses kunci dalam pembelajaran observasional: Perhatian, Retensi, Produksi dan Motivasi. Pembelajran observasional terlibat dalam banyak aspek kehidupan anak, termasuk kelas dan media.
c.       Pendekatan perilaku kognitif dan regulasi diri
Metode instruksional diri adalah teknik perilaku kognitif yang bertujuan untuk mengajarkan individu untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri. Dalam banyak kasus, dianjurkan bahwa siswa menggantikan pernyataan diri negatif dengan yang positif. Kognitif behavioris berpendapat bahwa siswa dapat meningkatkan kinerja mereka dengan memonitor perilaku mereka. Pembelajaran pengaturan diri generasi diri dan pemantauan diri dari pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan. Siswa berprestasi sering kali merupakan pembelajaran pengaturan diri. Salah satu model pembelajaran pengaturan diri melibatkan komponen-komponen: evaluasi dan pemantauan diri, penetapan tujuan dan perencanaan strategis, menempatkan rencana kedalam tindakan, dan hasil pemantauan dan menyempurnakan strategi. Pengaturan diri merupakan asek penting dari kesiapan sekolah. Aspek penting dari pembelajaran pengaturan diri adalah memberikan siswa tanggung jawab untuk kegiatan belajar mereka.












BAB III
PENUTUP
1.     Kesimpulan
a.       Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang terjadi melalui serangkaian pengalaman yang dialami.
b.      Dalam pengkondisian klasik, organisme belajar untuk menghubungkan atau mengaitkan rangsangan.
c.       Pengkondisian operan (Instrumental) adalah suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi berupa hukuman dan imbalan dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas bahwa perilaku itu akan terjadi.
d.      Analisis Perilaku Terapan  melibatkan penerapan prinsip-prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku siswa. Penggunaan analisis perilaku terapan sangat berguna dalam bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
e.       Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, seperti perilaku, memainkan peran penting dalam belajar.
f.       Metode instruksional diri adalah teknik perilaku kognitif yang bertujuan untuk mengajarkan individu untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri
2.     Kritik dan saran
            Dalam makalah ini tentunya terdapat banyak sekali kelemahan-kelemahan, untuk itu kami memohon kritik serta sarannya yang bisa membantu memperbaiki makalah ini kedepannya.








Daftar Pustaka
W. Santrock, John (Diterjemahkan oleh Harya Bimasena).2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Salemba Humanika