Jumat, 05 Juni 2015

Kamu Ikut Golongan yang Mana?


قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨
Artinya:
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf 12:108)
            Isi kepala tiap-tiap orang memang tidaklah selalu sama. Dari situlah kemudian melahirkan pemikiran yang berbeda-beda tentang Islam.

Kamis, 04 Juni 2015

Saat Kita Diuji



ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ ٢
Artinya:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Al Mulk 67:2)
            Kehidupan manusia selalu Allah SWT awali dengan “B”

Senin, 01 Juni 2015

Diary Kusam Tukang Bakso



/1/
Di sudut kota tua
Diantara lalu lalang mobil-mobil tua
Dalam keramaian muda mudi buka para tetua
Ada pak tua….
Dengan lapak tuanya
Dari sejak muda hingga sekarang telah tua[1]
Berjualan bakso di lapak tuanya

Mana yang Lebih Utama, Turunnya Tuhan di Malam Nisfu Sya’ban Atau di Sepertiga Malam?



Banyak orang beramai-ramai menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan berbagai macam amala. Seperti, membaca Ya Sin, dzikir dan doa-doa tertentu. Akan tetapi apakah semua ini pernah dicontohkan oleh Rsulullah SAW dan para sahabatnya?
Perlu diketahui, orang yang pertama kali menghidupkan shalat ini pada malam Nisfu Sya’ban adalah seseorang yang dikenal dengan Ibnu Abil Hamroo’. Dia tinggal di Baitul Maqdis pada tahun 448 H. Dia memiliki bacaan Qur’an yang bagus. Suatu saat di malam Nisfu sya’ban dia melaksanakan shalat di Masjidil Aqsho. Kemudian ketika itu ikut pula di belakangnya seorang pria. Kemudian datang lagi tiga atau empat orang bermakmum di belakangnya. Lalu akhirnya jama’ah yang ikut di belakangnya bertambah banyak. Ketika datang tahun berikutnya, semakin banyak yang shalat bersamanya pada malam Nisfu sya’ban. Kemudian amalan yang dia lakukan tersebarlah di Masjidil Aqsho dan di rumah-rumah kaum muslimin, sehingga shalat tersebut seakan-akan menjadi sunnah Nabi.[1]
Dari sejarah tersebut dapat kita ketahui bahwa yang mencontohkan untuk menghidupkan malam Nisfu Sya’ban bukanlah Rasulullah SAW dan para sahabatnya melainkan Ibnu Abil Hamroo’.
Biasanya mereka melakukan amalan tersebut berdasarkan pada hadist berikut ini.
إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
 Artinya:
Sesungguhnya Allah akan menampakkan (turun) di malam Nishfu Sya’ban kemudian mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan dengan saudaranya.” (HR. Ibnu Majah no. 1390)[2]
Berdasarkan hadist mursal di atas Allah SWT turun di malam Nisfu Sya’ban untuk mengampuni dosa-dosa selain dosa orang-orang yang musyrik atau orang yang bermusuhan dengan saudaranya.
Tetapi marilah kita bandingkan dengan hadist berikut ini.
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ الأَخِيْرِ يَقُوْلُ : مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ, مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ, مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ
Artinya:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir, (kemudian) Dia berfirman, ‘Barang siapa berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.”[3]
Dalam hadist di atas dikatakan bahwa Allah SWT juga turun di sepertiga malam ke langit dunia bukan hanya untuk mengampuni dosa-dosa hamba-Nya, melainkan juga untukk mengabulkan semua hajat-hajat hamba-Nya yang bengun (Qiyamul Lail) kemudian berdo’a menyampaikan hajatnya. Itu artinya, kalau ada orang yang memohon ampun atas dosanya pasti Dia kabulkan. Tetapi ada plusnya, yakni plus mengabulkan do’a-do’a lainnya seperti mengabulkan permintaan hamba-Nya yang meminta rezeki, jodoh, umur panjang dan ketetapan atas iman-islam.
Jadi mana yang lebih utama, turunnya Tuhan di malam Nisfu Sya’ban ataukah ketika turun di sepertiga malam?
Pastinya, ketika turun di sepertiga malam. Lalu mengapa banyak orang yang begitu ambisius memperoleh keutamaan-keutamaan malam Nisfu Sya’ban dan meninggalkan keutamaan sepertiga malam dari amalan shalat tahajud, witir, dzikir doa dan membaca Al Qur’an? Padahal misi besar itu justru Allah SWT bawa di sepertiga malam bukan di malam Nisfu Sya’ban. Lagi pula hadist yang menyatakan bahwa Allah SWT turun di sepertiga malam merupakan hadist Dhaif yang mursal.
Hal ini terjadi tidak lain karena godaan syetan yang terkutuk. Sebab salah satu senjata syetan dalam menggoda manusia adalah dengan membuat semangat tinggi mengerjakan amalan yang kurang utama fadhilahnya sehingga ibadah yang lebih utama fadhilahnya menjadi terlalaikan.  



[1] http://rumaysho.com/amalan/kekeliruan-di-malam-nishfu-syaban-386.html
[2] http://m.rumaysho.com/amalan/meninjau-ritual-malam-nishfu-syaban-1148.html Penulis Tuhfatul Ahwadzi berkata, “Hadits ini  munqothi’ (terputus sanadnya)”.Berarti hadits tersebut dho’if (lemah).
[3] Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab At-Tahajud, bab Ad-Du’a fish Shalah min Akhiril Lail, no. 1145; kitab Ad-Da’awat, bab Ad-Du’a Nishfu Al-Lail, no. 6321; dan kitab At-Tauhid, bab Qaul Allahu Ta’ala: Yuriduna An Yubaddilu Kalam Allah, no. 7494.