BAB
I
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Manusia dan hewan sama-sama menikmati fungsi pancaindra. Namun,
manusia berbeda dari hewan karena akal budi yang dianugerahkan Allah dan
kemampuan berpikir yang memungkinkan untuk mengadakan tinjauan dan pembahasan terhadap
berbagai hal dan peristiwa, hal-hal yang umum dari bagian-bagian, dan
menyimulkan berbagai kesimpulan dari premis-premis. Manusia mempunyai kemampuan
kognitif yang sangat luar biasa, yaitu berpikir. Meskipun manusia bukanlah
satu-satunya makhluk yang berpikir, tetapi tidak dapat disangkal bahwa manusia
merupakan makhluk pemikir (hayawanun natiq).
Ketika mendefinisikan soal berpikir ini banyak terdapat adanya
beberapa macam pendapat, diantaranya ada yang menganggap berpikir sebagai suatu
proses asosiasi saja, adapula yang memandang berpikir sebagai proses penguat
hubungan antara stimulus dan respon, ada yang mengemukakan bahwa berpikir itu
merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau
lebih, bahkan adapula yang mengatakan bahwa berpikir merupakan kegiatan
kognitif tingkat tinggi (higher level cognitive), seringpula dikemukakan
bahwa berpikir itu merupakan aktivitas psikis yang intensional. Lalu sebenarnya
apakah berpikir itu?
2.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
berpikir merupakan aktivitas mental?
2.
Apa
perbedaan antara berpikir dan bernalar?
3.
Apa
hubungan antara berpikir dan bahasa?
4.
Apa
macam-macam cara berpikir itu?
3.
Tujuan
1.
Mengetahui
bahwa berpikir merupakan bagian dari aktivitas mental
2.
Mengetahui
hubungan antara berpikir dan bernalar serta hubungan antara berpikir dengan
bahasa
3.
Mengetahui
macam-macam cara berpikir
BAB
II
Pembahasan
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa berpikir menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sesuatu; menimbang-nimbang di ingatan dan logika adalah pengetahuan tata kaidah berpikir atau jalan pikiran yang masuk akal.
Menurut,
Philip L. Harriman mengungkapkan, bahwa berpikir (thinking) adalah
istilah yang sangat luas dengan berbagai definisi misalnya angan-angan,
pertimbangan, kreativitas, tingkah laku seperti jika (as If), pembicaraan
yang lengkap, aktivitas idaman, pemecahan masalah, penentuan, perencanaan dan
lain sebagainya; aktivitas dalam menanggapi suatu situasi yang tidak objektif
yang menyerang organ pancaindra.
Dalam
bukunya psikologi and life, Floyd L. Ruch dikatakan bahwa berpikir
merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan
lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.
Dan secara singkat Anyta Taylor juga mendefinisikan Thinking is a inferring
process (berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan).
Dari
berbagai definisi di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa berpikir merupakan
suatu proses yang dilakukan oleh otak seseorang untuk mendapat suatu kesimpulan
atas sebuah solusi dari permasalahan.
A.
Berpikir Sebagai Aktivitas Mental
Berfikir
mencakup banyak aktivitas mental. Kita berfikir saat akan mamutuskan barang apa
yang akan kita beli di toko. Kita berfikir saat melamun sambil menunggu kuliah
dimulai. Kita berfikir saat mencoba memecahkan soal ujian yang diberikan di
kelas. Kita berfikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat,
membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu
persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah
suatu kegiatan mental yang melibatkan kinerja otak. Berpikir jiga berarti
berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari
jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.
Biasanya ,
kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau
berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan.
Kegiatan
berpikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi
atau dialami. Kekaguman atau keheranan tersebut menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab. Dalam proses selama menjawab itulah kita
telah berpikir.kita semua berpikir, tetapi dengan cara yang berbeda-beda.
Sebagian anak , umpamanya, tumbuh dengan kemahiran alami dalam bidang
angka-angka. Namun sebagian anak lainnya mempunyai kemampuan”intuitif” dan ada
juga anak-anak yang bagus dalam kata-kata.
Plato
beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan
pendapat plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas
ideasional. Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yakni :
1.
Berpikir adalah aktivitas; jadi subjek yang berpikir
aktif
2.
Aktivitas bersifat ideasional; jadi bukan
sensoris dan juga bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu.
Piaget membuat
teori bahwa cara berpikir logis berkembang secara bertahap, kira-kira pada usia
dua tahun dan pada usia sekitar tujuh tahun. Periode sebelum usia dua tahun
disebutnya periode sensorimotor, usia dua sampai tujuh tahun periode
praoperasional, dan dari usia tujuh tahun sampai seterusnya periode operasional
(yang dibaginya menjadi dua) – periode operasi konkret ( tujuh sampai sebelas
tahun ) dan periode operasi formal (sebelas tahun sampai usia dewasa).
Menutrut
piaget, cara berpikir ank-anak sama sekali tidak seperti cara berpikir orang
dewasa. Pikiran anak anak tampaknya diatur berlainan dengan orang yang lebih
besar. Anak anak kelihatannya memecahkan persoalan pada tingkatan yang sama sekali
berbeda. Dengan penemuan Piaget ini, ia mulai menkaji perkembangan struktur
mental.
Pada tahun-tahun terakhir ini, para ahli psikologi perkembangan telah berupaya mengamati cara anak-anak mancari arti mangenai benda-banda.perkembangan dari pengertian semacam ieu, pada anak-anak, tampak bergerak melelui tiga tahap yang besar. Anak-anak yang masih sangat muda, cenderung menemukan arti dari benda-benda melalui penghayatan. Manghayati disini berarti bertindak terhadap benda-benda tersebut, yaitu meraba, merasakan , dan memegangnya. Sebuah apel ialah apa yang menurut perasaan adalah seperti apel.
Pada tahun-tahun terakhir ini, para ahli psikologi perkembangan telah berupaya mengamati cara anak-anak mancari arti mangenai benda-banda.perkembangan dari pengertian semacam ieu, pada anak-anak, tampak bergerak melelui tiga tahap yang besar. Anak-anak yang masih sangat muda, cenderung menemukan arti dari benda-benda melalui penghayatan. Manghayati disini berarti bertindak terhadap benda-benda tersebut, yaitu meraba, merasakan , dan memegangnya. Sebuah apel ialah apa yang menurut perasaan adalah seperti apel.
Lantas, sekitar
umur kurang lebih lima tahun, karena suatu proses pematangan yang tidak begiyu
jelas, anak-anak mulai berpikir melelui wujud. Mereka mulai memahami
benda-benda melalui wujudnya. Jika kita bertanya kepadanya tentang apel, mereka
cenderung untuk menyimpulkan secara umum gambar yang berada di dalam dirinya
tentang apel, yang hampir-hampir merupakan gambaran satu-untuk-satu dari obyek
yang sesungguhnya.
Selanjutnya,
anak menuju tahap perkembangan proses berpikir berikutnya. Sekarang sebuah apel
dapat dimengerti secara simbolikdengan menggunakan simbol abstrak sebagai
sarana berpikir. Apel menjadi suatu buah-buahan yang dapatdimakan yang besarnya
kira-kira sekian dan sifatnya demikian. Apel itu dimengerti sebagai simbol kata
atau mungkin dengan angka. Adalah cukup beralasan bahwa bila dikatakan bahwa
tingkatan dan batas berpikir melalui simbol sangat erat hubungannya dengan
pendidikan, karena sebagian besar simbol yang kita pikirkan adalah buatan
manusia dan diajarkan kepada kita oleh manusia lain. Maka, sebagian anak-anak
dan sebagian masyarakat menembangkan perbendaharaan kata lebih cepat dan dalam
batas-batas yang lebih luas ketimbang anak-anak lain atau sebagian masyarakat
lainnya.
B.
Berpikir dan Bernalar
Menurut Sudarminta sesungguhnya berfikir lebih luas dari sekedar
bernalar. Bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis
– premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar ada tiga bentuk :
Induktif
: proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum (universal) dari
rangkaian kejadian yang bersifat khusus (particular).
Deduktif
: penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku
umum.
Abduktif
: penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan
kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya
sudah diketahui.
Kegiatan bernalar merupakan aspek yang amat penting dalam berfikir.
Akan tetapi, menyamakan berfikir dengan bernalar, seperti dikatakan Sudarminta,
merupakan suatu penyempitan konsep berfikir. Penalaran adalah kegiatan berfikir
seturut asas kelurusan berfikir atau sesuai dengan hukum logika. Penalaran
sebagai kegiatan berfikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan ditarik atau
pengetahuan yang dihasilkan pasti benar. Dalam bernalar memang belum ada benar
– salah. Yang ada adalah betul – keliru, sahih atau tak sahih.
C.
Bahasa dan Pikiran
Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi terarah yang paling
canggih bentuknya. Para ahli psikolinguistik memberikan definisi mengenai “tata
bahasa” sebagai berikut: kumpulan aturan dan prinsip yang menentukan arti dari
sebuah kalimat dalam penggunaan bahasa. Secara umum, tata bahasa sering
memberikan arti yang tertentu, yaitu aturan yang berkaitan dengan aspek-aspek
bahasa. Masyarakat manusia dalam budaya masing-masing telah mengembangkan
bahasanya sendiri-sendiri. Sedangkan pada ekologis hewan, tidak satupun yang
dapat mengembangkan bahasa. Martin Moynihan dari institute Smithsonian
telah meneliti komunikasi yang diperlihatkan oleh jenis ikan, burung dan hewan
menyusui lainnya. Dia menemukan bahwa hewan tersebut tidak dapat mengembangkan
system komunikasi yang lebih baik lagi. Mereka (para hewan) hanya mampu
memberikan isyarat komunikasi yang tidak lebih dari 10 sampai 37 pola saja.
Memang hanya sebegitulah kemampuan otak hewan-hewan tersebut dalam setiap pola,
agak mirip dengan kalimat dan digunakan dalam cara yang terus-menerus pada satu
keadaan. Pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh hewan yang bersangkutan itu
tampaknya amat terbatas, sehingga diperoleh kesan bahwa mereka tidak mampu
mengungkapkan isi pikirannya secara lebih lengkap. Hal inilah yang
membedakannya secara mencolok dengan makhluk manusia yang mampu berbahasa.
Banyak kemampuan yang diperlukan untuk berbahasa pada bayi manusia
sudah tampak sejak dia dilahirkan. Setelah dia berumur 1 tahun, dia mulai dapat
mengerti makna kata-kata dan menggunakan satu kata untuk mengungkapkan keseluruhan
gagasannya. Anak kecil yang berumur 18 sampai 24 bulan, mulai dapat
menggabung-gabungkan kata ke kalimat. Ucapan-ucapan mereka mulai terdengar
mengikuti aturan-aturan tertentu. Anak yang berumur 3 sampai 4 tahun mulai
dapat menyusun kalimat yang agak kompleks. Ucapan anak berumur 5 tahun sudah
terdengar mirip percakapan orang dewasa, dan setelah itu dia mulai mengenal
tata bahasa yang menjadi dasar bahasa.
Warga masyarakat dari kebudayaan tertentu akan membentuk
konsep-konsep dan menemukan kecocokan dengan situasi tertentu. Hal ini dapat
terjadi justru karena seluruh warga itu menggunakan bahasa yang sama, sehingga
dapat sama-sama dimengerti, misalnya: suku Eskimo, untuk menggunakan 12 kata
hanya untuk menjelaskan peristiwa turunnya salju. Sebaliknya, orang Inggris
yang hanya mengenali satu kata saja untuk salju, tidak mungkin dapat membuat
perbedaan yang terjadi ketika salju turun. Suku Indian Hopi melakukan
penggolongan dari pengalaman mereka berdasarkan seberapa lama kejadian itu
terjadi. Kejadian yang bergerak, mislnya: kilat, api, meteor, atau segolongan
asap, menurut suku ini merupakan kata kerja. Dengan cara ini, besar kemungkinan
budaya warga tersebut sngat menyadari akan kelangsungan sebuah gejala tertentu.
Menurut Usman Najati, informasi-informasi yang diperoleh seorang
anak melalui panca indra pada periode pertama dari kehidupannya merupakan
materi yang membantunya nanti dalam caranya berpikir. Termasuk dalam hal ini
kemampuan anak tersebut dalam berbahasa.
Faktor keturunan dan lingkungan memengaruhi penguasaan berbahasa,
dan selanjutnya penguasaan bahasa memengaruhi penguasaan berpikir. Ilmu seperti
Whorf, pencetus teori Relativitas Bahasa (Linguistic Relativity hypothesis)
bahkan berpendapat bahwa beberapa keistimewaan bahasa yang dipakai suatu bangsa
tertentu membatasi cara-cara berpikir dan pandangan bangsa bersangkutan
terhadap fenomena tempat mereka hidup. Ilmuwan ini menganggap bahwa susunan
bahasa dan keistimewaan lain yang dimilikinya merupakan faktor dasar bagaimana
suatu masyarakat memandang hakikat alam dan tempat mereka berada.
Dengan demikian, kemampuan berpikir (pikiran) sangat berkaitan erat
dengan kemampuan berbahasa. Hal ini karena kualitas dan kuantitas kemampuan
berbahasa sangat menentukan kuantitas dan kualitas kemampuan berpikir. Jadi,
jelaslah bahwa pikiran dan bahasa saling berhubungan satu sama lain dan saling
memengaruhi intelegensi.
D.
Macam-Macam Berpikir
Apakah anda pernah berpikir bahwa cinta kasih itu sama dengan binatang? Bagaimana jalan
pikirannya atau logikanya?
Coba simak : Cinta kasih nampak sebagai penyayang, dedi penyayang binatang.
Jadi cinta kasih identik dengan binatang. Apa yang keliru? Antara premis dan
kesimpulan tidak ada hubungannya. Dalam topik bahasan ini anda akan belajar
menguji jalan pikiran dengan tepat atau logis. Berpikir secara logis dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian,
yakni:
1.
Berpikir
Deduktif
Berpikir Deduktif adalah suatu cara
berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus.
1. Setiap mamalia punya sebuah
jantung (Premis Mayor)
2. Semua kuda adalah mamalia (Premis
Minor)
3. ∴ setiap kuda
punya sebuah jantung (Kesimpulan)
Dalam
berpikir deduktif didapati adanya premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Oleh karena itu, apabila kedua premis itu ada yang salah maka dapat dipastikan
kesimpulannya pun akan salah.
2.
Berpikir
Induktif
Berpikir induktif merupakan suatu
cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Contoh suatu pemikiran induksi:
1. Kuda sumba punya sebuah jantung
2. Kuda australia punya sebuah jantung
3. Kuda amerika punya sebuah jantung
4. Kuda inggris punya sebuah jantung
5. …
6. ∴ setiap kuda punya sebuah jantung. (Kesimpulan)
3.
Berpikir
Evaluatif
Berpikir evaluatif adalah berpikir
kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam
berpikir evaluatif, kita menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilai menurut
kriteria tertentu.
BAB III
Penutup
1.
Kesimpulan
a.
Berpikir
merupakan aktivitas mental.
b.
Berpikir
berbeda dengan bernalar. Berpikir mempunyai cakupan yang lebih luas daripada
sekedar bernalar.
c.
Bahasa
sangat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat penggunanya.
d.
Berpikir
terdiri dari tiga macam yakni: berpikir deduktif, berpikir induktif dan
berpikir evaluative
2.
Kritik dan Saran
Dalam makalah ini tentunya terdapat
berbagai macam kesalahan-kesalahan yang di luar sepengetahuan kami. Untuk itu
demi perbaikan makalah ini kedepannya kami sangat menantikan kritik dan saran
dari pembaca sekalian.
Daftar Pustaka
Rahman Shaleh,
Abdul.2004.Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.
Jakarta:Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar