Menulis
merupakan suatu kegiatan mentransfer pengetahuan yang kita miliki kepada orang
lain serta usaha untuk meyakinkan orang lain agar sependapat dengan ide kita. Pada
paragraf pertama itulah ide-ide kita seharusnya dituangkan. Maka dari itu,
paragraf pertama harus murni dari ide kita bukan kutipan dari sumber lain.
Memasukkan kutipan pada paragraf ini sama saja dengan tidak menghargai
kemampuan diri kita sendiri. Masalah ide saja harus mengambil dari pemikiran
orang lain. Baru paragraf-paragraf selanjutnya boleh mengutip dari berbagai
sumber kalau kita merasa tidak yakin pendapat kita akan diterima orang lain.
Dengan mengutip itu orang lain akan lebih percaya dibandingkan kalau tidak
disertai kutipan. Misalnya, pembaca akan lebih yakin dengan pendapat bahwa
sesautu perbuatan itu diharamkan oleh syari’at kalau ide kita itu disertai
kutipan dari ayat-ayat suci Al Qur’an, hadist-hadist shahih, dan pendapat-pendapat
dari para ulama besar. Tetapi ada suatu hal yang perlu diperhatikan dalam
mengutip sebuah gagasan, yakni harus selalu menyertakan sumber yang dikutip
tersebut. Tidak menyertakan sumbernya sama saja dengan mencuri atau kalau dalam
istilah kepenulisan dinamakan plagiat. Sebab mengambil sesuatu yang menjadi
milik orang lain tanpa izin itu adalah tindakan pencurian. Mencantumkan sumber
sama dengan meminta izin secara tidak langsung kepada pemilik gagasan itu untuk
kita kutip.
Meskipun begitu
begitu bukan berarti dari paragraf kedua hingga paragraf terakhir isinya semua
kutipan. Pendapat kita harus menjadi yang lebih dominan di dalam tulisan itu.
kalau dalam buku yang kita tulis itu isinya kutipan berarti buku itu nilainya
lebih besar daripada diri kita. Padahal seharusnya diri kitalah yang dibesarkan
oleh buku itu. Menulis juga bukan seperti mengkliping, artinya bukan asal
menempel pendapat orang lain dari segala sumber. Apalagi kalau sekedar menampel
pendapat tanpa berusaha untuk memahami terlebih dahulu. Hal ini yang nantinya
bisa berakibat antara paragraf satu dengan paragraf yang lain tidak padu.
Untuk menghasilkan
ide-ide yang berbobot penulis harus bisa kritis terhadap masalah yang menjadi
bidang kajiannya. Lihatlah permasalahan itu dari perbagai sudut pandang baru
yang belum pernah ditinjau oleh penulis lain. Ide yang berbobot bukan ide yang
hanya sekedar mengkritik atau membenarkan ide yang sebelumnya, tetapi hendaknya
mampu mengkritik, membenarkan dan menghasilkan ide baru. Maka dalam menulis
biasakan menggunakan kata-kata yang memuat ketiga kemungkinan tersebut. Kata-kata
yang memuat ketiga kemungkinan itu seperti kata “tetapi”, “namun”,“sebenarnya”,
dan kata-kata yang senada. Misalnya, menggunakan kata “tetapi”. Ini seolah-olah
penulis hendak mengatakan bahwa pendapat itu salah tetapi disisi lain ada
benarnya dan lebih baiknya lagi harus begini.
Dalam menulis,
khususnya untuk karya-karya ilmiah (non-fiksi) bahasanya tidak boleh
bertele-tele. Artinya harus to the poin saja. Jangan sampai gagasan yang
sudah kita sampaikan diawal kita ulang-ulang lagi pada pembahasan yang
selanjutnya. Sebab karya ilmiah berbeda dengan tulisan-tulisan fiksi seperti
novel, cerpen dan lain sebagainya. Untuk kara-karya fiktif memang bahasanya
harus dibuat mendayu-dayu agar menimbulkan kesan dan efek tertentu bagi
pembacanya. Lebih bagusnya lagi kalau dalam satu tulisan itu mempunyai sedikit
sekali kata-kata yang diulang-ulang. Untuk membiasakan hal ini seorang penulis
haruslah banyak-banyak membaca buku. Renungilah kata demi kata maka
perbendaharaan kosa kata anda dengan sendirinya akan meningkat.
Ide-ide yang akan
kita tulis hendaknya sudah tergambar secara jelas di dalam kata pengantar.
Dalam kata pengantar hendaknya ditulis tentang pesan-pesan apakah yang nantinya
akan disampaikan. Disini kita berusaha meyakinkan penulis mengapa masalah ini layak
dan menarik untuk dibahas.
Dalam penulisan
karya ilmiah bisa didekati dengan dua metode pendekatan, yaitu metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Pendekatan dengan metode kuantitatif atau
bisa juga disebut sebagai analisis statistik artinya pendekatan dengan
menggunakan data-data yang berwujud angka-angka. Metode ini hanya bisa dipakai
untuk data-data yang bisa terukur saja. Data yang tidak dapat diukur atau tidak
bisa dikonstruksikan ke dalam data-data angka tidak bisa didekati dengan
pendekatan kuantitatif tetapi harus menggunakan pendekatan secara kualitatif.
Sepertihalnya data yang berupa kata-kata.
Dalam membuat
karya ilmiah dengan metode kuantitatif harus memperhatikan sistematika
penulisannya. Pertama, adalah memunculkan masalah yang akan kita bahas dalam
karya tersebut. Memunculkan masalah yang akan kita bahas bisa meliputi:
-
Latar
belakang permasalahan, yakni mengemukan mengapa permasalahan ini layak dibahas.
Biasanya dalam latar belakang ini terdapat beberapa anggapan atau
perdebatan-perdebatan teori yang terjadi sebelumnya.
-
Identifikasi
masalah
-
Pembatasan,
agar masalah yang dibahas tidak terlalu luas dan akhirnya tidak fokus ke permasalahan
pokok maka perlu kita batasi bidang kajiannya.
-
Perumusan
masalah, dari permasalahan-permasalahan yang sudah ada dan sudah spesifik itu
kita buat dalam suatu rumusan-rumusan pertanyaan yang hendak kita ungkap dari
permasalahan itu.
Setelah itu kemudian kita mengkaji secara kepustakaan terhadap
permasalahan itu baik dari segi konsep, teori-teori yang diungkapkan oleh para
ahli, kerangka berpikir, hasil-hasil (review) permasalahan yang telah
ada kemudian kita bisa merumuskan hipotesis atau dugaan awal. Lalu setelah itu
dirumuskan variabel, indikator dan pengukuran terhadap objek yang akan kita
teliti dalam bentuk quisioner (daftar pertanyaan-pertanyaan) untuk
memperoleh data secara primer. Atau untuk data yang sifatnya luas dan tidak
mungkin kita teliti sendiri maka kita bisa cari data tersebut pada
lembaga-lembaga penyedia data seperti lembaga survei, lembaga pencatatan kependudukan
dan lembaga lainnya. Untuk mencari data-data yang sudah tidak bisa kita
dapatkan secara primer maka menggunakan data-data sekunder, yakni dengan
mencari pada buku-buku terkait yang membahas tentang hal itu.
Jika semua data-data sudah diperoleh secara lengkap maka tahap
selanjutnya sebelum kita menuliskannya maka terlebih dahulu kita analisa data
itu. Ada beberapa teknik yang bisa kita tempuh dalam menganalisa suatu data,
yaitu:
-
Mendeskripsikan,
yaitu mengenali data-data yang sudah kita dapatkan
-
Mengelompokkan,
setelah dikenali kemudian data-data itu dikelompokkan ke dalam beberapa
klasifikasi yang sama. Tujuannya kita bisa mengetahui perbedaan yang muncul
dari hasil penelitian itu.
-
Mengkomparasikan,
dari beberapa data yang berbeda itu kemudian kita komparasikan (membandingkan)
antara data yang satu dengan yang lain.
-
Menghubung-hubungkan,
data-data yang sudah kita klasifikasikan itu kemudian kita tarik benang
merahnya dengan permasalahan yang kita teliti.
Setelah
analisa selesai maka langkah selanjutnya adalah menuliskan hasil yang sudah
kita peroleh itu pada bab pembahasan dengan mematuhi sistematika-sistematika yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar