Selasa, 22 Desember 2015

Dari Animisme Hingga Monotheisme

Dari Animisme hingga Monotheisme
1. Perkembangan Kepercayaan Manusia
Perkembangan kepercayaan manusia diawali dengan kepercayaan monotheisme. Yakni, meyakini bahwa Tuhan itu satu pribadi tanpa sekutu dan anak. Kepercayaan ini dibawa oleh manusia pertama di bumi ini, yaitu Nabi Adam AS. Dari Nabi Adam AS ini, kemudian ajaran monotheisme diestafetkan (diteruskan) oleh Para Nabi dan Rasul setelahnya. Ajaran monotheisme akan senantiasa ada di muka bumi hingga akhir zaman kelak.

Adapun suatu pernyataan bahwa kepercayaan mula-mula umat manusia adalah Animisme merupakan suatu pernyataan yang salah. Barangsiapa yang mengikuti pernyataan ini bisa dikatergorikan sebagai orang yang sesat sebab telah mengingkari Nabi Adam AS yang membawa ajaran tauhid (monotheisme).
Namun dalam perjalanannya ajaran tauhid (monotheisme) ini mengalami penyimpangan-penyimpangan. Ketika manusia mulai berkembang biak menjadi jumlah yang banyak dan menyebar di tempat-tempat yang jauh maka tidak semua orang mendapatkan dakwah ajaran tauhid ini secara intensif. Lalu ketika orang-orang ini mendapati berbagai macam kesulitan-kesulitan hidup, bencana dan juga kejadian-kejadian yang diluar pengetahuannya kemuadian mereka menghubung-hubungkan hal ini dengan suatu kekuatan Maha Dahsyat yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut. Mereka terus mencari sumber kekuatan tersebut. Sampai akhirnya mereka mendapatkan kesimpulan bahwa benda-benda yang ada di sekelilingnya mempunyai roh serta meyakini roh nenek moyang atau orang-orang mulia di antara mereka terus hidup dan berpengaruh pada kehidupan mereka.  Maka agar roh itu tidak menganggu dan mau bekerja sama lalu mereka mengadakan penyembahan terhadap roh tersebut. Inilah yang kemudian disebut sebagai Animisme.
Seiring dengan perjalanan waktu mereka merasa tidak sanggup jika harus menyembah benda-benda yang begitu banyak jumlahnya. Lalu mereka mengadakan seleksi terhadap benda-benda tersebut. Dari hasil seleksi itu mulai mengerucut pada kembali pada ajaran monotheisme. Mereka memutuskan bahwa ada benda-benda yang harus disembah dan benda-benda yang tidak harus disembah. Benda-benda yang mereka sembah hanyalah benda-benda yang mempunyai suatu pengaruh besar pada kehidupan mereka. seperti misalnya: Matahari, laut, binatang ternak dan lain sebagainya.
Pemikiran terus berkembang, mereka akhirnya berpikir bahwa sebenarnya ada yang mengendalikan benda-benda di alam ini. Kekuatan itu mereka yakini bukan bagian dari alam ini melainkan suatu kekuatan dalam bentuk yang lain. Kemudian mereka membuat tokoh-tokoh khayalan yang mereka sebut sebagai dewa. Pada awalnya mereka meyakini ada tiga dewa tertinggi yang disebut dengan Trimurti, yakni Brahmana, Syiwa dan Wisnu. Kemudian tiga dewa ini mempunyai Syakti yang mereka sebut sebagai Dewi, maksudnya penjelmaan kekuasaan tertentu yang berupa perempuan. Di samping syakti-syakti tersebut, mereka beranggapan bahwa ketiga dewa ini mempunyai tunggangan (kendaraan) berupa hewan-hewan tertentu yang mempunyai kekuatan khusus. Selain itu, ketiga dewa ini juga bisa menjelma menjadi hewan-hewan tertentu. Sistem dewa-dewa dalam agama Hindu juga ada sangkut pautnya dengan kekuatan alam dan tempat para dewa (khayangan). Dalam keyakinan agama Hindu ketiga dewa Trimurti, Dewi, kendaraan, penjelmaan dan tempat para dewa.   Inilah yang kemudian dinamakan sebagai ajaran Henotheisme atau keyakinan terhadap banyak dewa-dewa.
Tidak puas sampai di situ, kemudian mereka berpikir ulang seputar kepercayaannya hingga akhirnya mereka tidak meyakini lagi bahwa pengendali alam semesta ini adalah para dewa-dewa. Mereka meyakini bahwa pengatur alam semesta ini adalah Tuhan. Namun, Tuhan dalam mengatur alam semesta ini tidak sendirian. Tuhan dianggap mempunyai sekutu-sekutu. Tuhan dikatakan mempunyai anak perempuan oleh orang-orang Arab.
وَيَجۡعَلُونَ لِلَّهِ ٱلۡبَنَٰتِ سُبۡحَٰنَهُۥ وَلَهُم مَّا يَشۡتَهُونَ ٥٧
Artinya:
“Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki)”. (Q.S. An Nahl 16:57)
Oleh orang-orang Yahudi, Tuhan dianggap mempunyai anak laki-laki yang bernama Uzair.
وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ عُزَيۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ ذَٰلِكَ قَوۡلُهُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡۖ يُضَٰهِ‍ُٔونَ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ ٣٠
Artinya:
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling”.(Q.S. At Taubah 9:30)
Sedangkan oleh orang-orang Nasrani, Tuhan dianggap mempunyai anak laki-laki bernama Yesus yang diturunkan ke dunia untuk menebus dosa-dosa manusia. Setelah Yesus meninggal peranannya digantikan oleh Roh Kudus hingga hari kiamat kelak. Kepercayaan bahwa Tuhan mempunyai sekutu atau mempunyai pribadi yang lain inilah yang disebut sebagai Politheisme.
Pada akahirnya, orang-orang yang mempercayai Politheisme ini menemukan kerancuan dan kebinggungan memahami konsep Ketuhanan yang selama ini mereka yakini. Sehingga akhirnya mereka menemukan Islam yang menjawab tuntas kebimbangan mereka akan konsep Ketuhanan. Islam mengajarkan monotheisme, yakni mengimani sepenuh hati bahwa Tuhan itu hanya ada satu (esa) tidak memiliki pribadi lain atau sekutu-sekutu yang lain. Tuhan Yang Maha Esa inilah yang mengurus langsung alam semesta ini. hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini.
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١  ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢  لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣  وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤
Artinya:
“Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Q.S. Al Ikhlas 114:1-4)
2. Animisme, Henotheisme, Politheisme dan Monotheisme Abad Modern
Di abad modern seperti sekarang ini kepercayaan Animisme, Henotheisme, Politheisme dan Monotheisme, tidaklah menghilang atau punah melainkan masih tetap berkembang dengan cara sinkretisme (melebur dengan budaya lain tanpa menghilangkan corak asli dua atau lebih budaya yang melakukan peleburan tersebut) atau mengakuisisi menjadi sebuah agama.
A. Animisme
Di abad modern ini kepercayaan Animisme sinkretisme (melebur) dengan budaya lain, seperti:
- Sinkretisme dengan adat budaya setempat
Misalnya, penyatuan dengan budaya Jawa menghasilkan adanya tokoh fiktif Nyai Roro Kidul sebagai ratu pantai selatan. Penyatuan dengan budaya sunda menghasilkan kesenian kuda lumping.
- Sinkretisme dengan Agama Islam
Peleburan ini menghasilkan ajaran Islam yang penuh dengan unsur-unsur mistik, tahayul, bid’ah dan khurafat.
- Sinkretisme dengan budaya modern
Misalnya, adanya kepercayaan bahwa angka 13 sebagai angka sial sehingga di gedung-gedung bertingkat tidak ada lantai 13. Selain itu, pengagungan setinggi-tingginya terhadap kecangihan teknologi sehingga lupa diri dalam menggunakan juga bisa disebut sebagai Animisme.
B. Henotheisme dan Politheisme
Kepercayaan Henotheisme dan politheisme di abad modern ini mengakuisisi dirinya ke dalam sebuah agama. Seperti misalnya agama Hindu, Budha dan Kong Hu Chu yang meyakini banyak dewa. Sedangkan Politheisme mengakuisisi dirinya ke dalam agama Kristen Protestan dan katolik serta agama Yahudi.
C. Monotheisme
Kepercayaan Monotheisme secara murni dan otentik sejak awal merupakan bagian dari aqidah Agama Islam. Sampai sekarang hingga hari kiamat kelak kepercayaan Monotheisme akan senantiasa menjadi bagian dari agama Islam yang tidak pernah bisa dipisahkan.
3. Keuntungan dan Kerugian
Kepercayaan terhadap Animisme, Henotheisme dan Politheisme pada dasarnya hanyalah menguntungkan pada orang-orang yang mempunyai niat tidak baik. Misalnya: Raja-raja Jawa dahulu kala memunculkan tokoh fiktif Nyai Roro Kidul untuk melegimitasi kekuasaannya. Bagi orang-orang muslim justru sebaliknya, kepercayaan tersebut menjadi sebuah ancaman terhadap aqidah mereka.
Kepercayaan Politheisme, terutama kepercayaan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi yang salah satu pribadinya yang dikenal sebagai Anak Tuhan diturunkan ke bumi untuk menebus dosa manusia, digunakan sebagai sarana menjerat orang-orang awam supaya mau mengikuti agama mereka sehingga nantinya bisa diperalat untuk memperkaya diri orang-orang tertentu.
Sedangkan kepercayaan Monotheisme keuntungannya sangat jelas, yakni dapat memasukkan orang-orang yang mempercayainya ke dalam surga. Tanpa keyakinan terhadap Monotheisme maka di akherat kelak akan menjadi orang-orang yang merugi. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.  
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٨٥
Artinya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Q.S. Ali Imran 3:85)


   
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar