Selasa, 22 Desember 2015

Allah SWT Tidak Menciptakan Keburukan


Allah SWT adalah Dzat Maha Pencipta. Dia-lah yang menciptakan segala hal yang ada di alam semesta ini. Bumi, langit, tumbuh-tumbuhan, hewan, air, termasuk kita sebagai manusia juga diciptakan olehnya dan semua hal yang ada tidak lepas dari penciptaan Allah SWT. Kemudian yang menjadi pertanyaan, apakah Allah SWT juga menciptakan keburukan dan kejahatan?

Ternyata tidak. Allah SWT hanya menciptakan kebaikan namun tidak pernah sekalipun menciptakan keburukan. Maka dari itu Allah SWT mempunyai nama-nama yang baik atau yang kita kenal dengan asmaul husna.
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ ٨
Artinya:
“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik).” (Q.S. Thaha 20:8)
Semua nama-namanya adalah nama yang terbaik. Tidak ada satu pun dari namanya yang mengandung unsur keburukan. Misalnya, tidak ada nama Yang Maha Bengis, Yang Maha Merusak atau nama buruk yang lainnya.
Untuk memperjelas pemahaman anda bahwa Allah SWT tidak menciptakan keburukan, simaklah cerita berikut ini.
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal yang gemar mendoktrinkan paham atheismenya suatu ketika bertanya pada mahasiswa-mahasiswanya
"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".
Banyak mahasiswa dengan serempak menjawab, "Betul,pak !!! Dia yang menciptakan semuanya".
"Hm….Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.
"Ya, Pak, semuanya !!! "
"Well..well….Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan itu ada di mana mana, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa diri kita sebenarnya, jadi kita bisa saja berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan karena itu adalah sesuatu yang ia ciptakan." Para Mahasiswa terdiam dan tidak bisa menjawab doktrin professor tersebut. Profesor itu berpuas hati , rasanya ucapan tadi telah membuktikan kalau Tuhan itu adalah hanya sekedar sebuah dongeng , bualan dan mitos.
Namun seketika itu juga seorang mahasiswa mengangkat tangan dan berkata,
"Profesor, boleh saya bertanya sesua tu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Memangnya kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor meledek, diiringi tawa mahasiswa l ainnya.
Namun dengan tenang mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan lagi "Profesor, apakah kegelapan itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada." Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang se tiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Belum sempat si profesor berkata – kata,mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?" Mulai bimbang, profesor itu menjawab tegas, "Tentu saja !!! seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Bukankah kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah jelas-jelas manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari keti adaan cahaya."
Profesor itu terdiam. Musnah sudah doktrin yang tadinya ia berusaha jejalkan ke benak para mahasiswa. Rupanya sebuah penjelasan sederhana namun ilmiah mementahkan teori yang ia sampaikan tadi.
Selanjutnya untuk membuktikan bahwa Allah SWT benar-benar tidak menciptakan keburukan sekarang tolong jawab terlebih dahulu pertanyaan berikut ini!
Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis
Dialah yang mematikan dan menghidupkan
Dialah yang menciptakan pria dan wanita
Dialah yang memberikan kekayaan dan ....
Pernyataan di atas sekilas seperti sebuah lawan kata. Maka mungkin anda akan menjawab dengan “kemiskinan”. Benarkah begitu?  Ternyata salah. Jawaban yang tepat bukan kemiskinan melainkan “kecukupan”. Karena keempat pernyataan di atas sebenarnya disadur dari ayat berikut ini .
وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضۡحَكَ وَأَبۡكَىٰ ٤٣  وَأَنَّهُۥ هُوَ أَمَاتَ وَأَحۡيَا ٤٤ وَأَنَّهُۥ خَلَقَ ٱلزَّوۡجَيۡنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلۡأُنثَىٰ ٤٥ مِن نُّطۡفَةٍ إِذَا تُمۡنَىٰ ٤٦  وَأَنَّ عَلَيۡهِ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأُخۡرَىٰ ٤٧  وَأَنَّهُۥ هُوَ أَغۡنَىٰ وَأَقۡنَىٰ ٤٨
Artinya:
Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis. Dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan. Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita dari air mani, apabila dipancarkan. Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati). Dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan”. (Q.S. An Najm 53:43-48)
Ada ayat tersebut kita jumpai kata tertawa, menghidupkan, laki-laki, perempuan, kekayaan dan kecukupan. Kata-kata itu tentunya kita semua sudah maklum bahwa itu semuanya baik. Lalu bagaimana dengan ciptaan Allah SWT yang berupa menangis dan mematikan? Apakah itu juga baik?
Ya benar. Kedua hal tersebut ternyata baik. Tangisan dan kematian mungkin terdengar sebagai suatu hal yang kurang baik di telinga kita dan identik dengan sebuah kesengsaraan namun sebenarnya kedua hal itu baik. Menangis itu baik, bayangkan bila ada bayi yang baru lahir kemudian tidak menangis, pasti orang tuanya akan merasa sedih karena bisa jadi bayi tersebut bisu. Setelah dewasa pun menangis juga bukanlah hal yang buruk. Misalnya menangis karena Allah SWT. Itu termasuk tangisan yang baik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini.
لاَيَلِجُ النَّارَ رَجْلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّه حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ في الضَّرْع وَلا يَجْتَمعُ غُبَارٌ في سَبِيلِ اللَّه ودُخانُ جَهَنَّمَ
Artinya:
"Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sehingga air susu itu kembali keputingya. Tidak akan berkumpul debu yang menempel karena berjuang dijalan Allah dengan asap neraka Jahanam". (H.R. Tirmidzi dan dia berkata hadist ini hasan shahih)
Dalam sabdanya yang lan Rasulullah SAW juga menegaskan sebagai berikut.
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِوَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ
Artinya:
“Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam (jihad) di jalan Allah.”(H.R. Tirmidzi)
Lalu kematian juga bukan merupakan hal yang buruk. Mungkin terdengar buruk bagi orang-orang kafir namun menjadi suatu kabar yang mengembirakan bagi orang-orang yang beriman. Sebab melalui kematianlah amal-amal baiknya akan disempurnakan balasannya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
Artinya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Q.S. Ali Imran 3:185)
Ciptaan yang begitu baik nan indah ini bisa kita saksikan sendiri. Misalnya pada penciptaan langit yang tujuh lapis. Coba anda sekalian lihat! Adakah yang cacat sedikitpun? Tidak, ada yang cacat. Coba ulangi lagi penglihatanmu untuk yang kedua kalinya, mungkin penglihatanmu yang pertama tadi salah. Adakah anda menemukan sedikit kecacatan padanya? Tidak ada yang cacat sedikitpun. Ulangi, ulangi dan terus ulangi penglihatanmu. Niscaya sampai penglihatan anda lelah, anda tidak akan menemukan sedikitpun yang cacat.
ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ ٣ ثُمَّ ٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ كَرَّتَيۡنِ يَنقَلِبۡ إِلَيۡكَ ٱلۡبَصَرُ خَاسِئٗا وَهُوَ حَسِيرٞ ٤
Artinya:
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah”. (Q.S. Al Mulk 67:3-4)
Namun, faktanya di sekeliling kita terdapat banyak sekali keburukan-keburukan. Bahkan tidak jarang dalam suatu lingkungan lebih dominan keburukannya daripada kebaikannya. Kalau begitu, darimanakah gerangan datangnya keburukan itu jika Allah SWT tidak menciptakannya?
Keburukan itu artinya tidak adanya kebaikan. Keburukan itu terjadi manakala manusia tidak mau mempergunakan dengan baik karunia-karunia fasilitas yang dapat digunakan untuk kebaikan. Allah SWT menganugerahkan telingga seharusnya untuk mendengarkan peringatan dan menerima informasi dari-Nya malah digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Allah SWT mengkaruniakan penglihatan seharusnya digunakan untuk melihat ayat-ayat kauniyah dan kauliyah-Nya justru digunakan untuk melihat aurat dan aib orang lain. Allah SWT mengaruniakan hati, namun tidak digunakan untuk memikirkan kekuasaan-Nya.
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡغَٰفِلُونَ ١٧٩
Artinya:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (Q.S. Al A’raf 7:179)
Maka dari itu jika kita tertimpa keburukan dan kemalangan, jangan menyalahkan Allah SWT melainkan salahkanlah dirimu sendiri. Sebab keburukan dan kemalangan itu berasal dari dirimu sendiri bukan dari Allah SWT sebagai akibat dari tidak menggunakan fasilitas-fasilitas kebaikan yang sudah dikaruniakan oleh Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya berikut ini.
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ ٣٠
Artinya:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (Q.S. Asy Syura 42:30)    
مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٖ فَمِن نَّفۡسِكَۚ وَأَرۡسَلۡنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولٗاۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدٗا ٧٩
Artinya:
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (Q.S. An Nisa’ 4:79)
قَالُواْ طَٰٓئِرُكُم مَّعَكُمۡ أَئِن ذُكِّرۡتُمۚ بَلۡ أَنتُمۡ قَوۡمٞ مُّسۡرِفُونَ ١٩
Artinya:
Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". (Q.S. Ya Sin 36:19)
Kalau Allah SWT menciptakan keburukan, misalnya menciptakan kejahatan. Kemudian Allah SWT pada hari pembalasan nanti mengadzab orang yang jahat ini, itu sama artinya dengan mengadzab ciptaan-Nya sendiri. Ini merupakan hal yang aneh.




1 komentar:

  1. Masya allah, mantap sangat bisa dipahami,,semoga allah menambahkan ilmunya aamiin,,,

    BalasHapus