Minggu, 23 Agustus 2015

Mahasiswa, Generasi Pelopor Perubahan



Semut ketika berjalan selalu melewati jalan yang sama antara satu dengan yang lain mengikuti semut yang pertama kali berjalan. Ketika semut pertama berjalan melewati sebuah jalan tertentu maka semut kedua dan seterusnya akan melewati jalan itu juga. Pulang-pergi akan melewati jalan itu-itu juga. Tidak ada yang berani mengambil jalan lain walaupun sebenarnya jalan itu terlalu jauh dan sulit. Mereka tetap melaluinya karena ketika mencoba mengambil jalan lain merasa takut tersesat dan tidak sampai ke tempat makanan. Di sisi lain, kera sejak pertama kali diciptakan hingga kini makanannya pisang namun yang dimakan bukan pisang goreng, pisang rebus, pisang coklat namun hanya pisang matang saja tanpa diolah.
            Itulah sebagian kecil kebiasaan-kebiasaan hewan yang diturunkan dari generasi ke generasi dan sifat itu tidak pernah berubah. Makanya dari dulu hingga sekarang dan sampai nanti, hewan akan seperti itu-itu saja tidak akan pernah mengalami perkembangan peradaban. Tidak akan pernah ada hewan yang mampu menciptakan kebudayaan maju. Hewan juga tidak akan mampu menciptakan teknologi. Kehidupan hewan itu statis. Apa yang mereka lakukan selalu sama persis dari generasi ke generasi.
            Kehidupan dunia hewan ini, berbeda jauh dengan kehidupan manusia yang setiap masa selalu mengalami perubahan ke arah yang lebih progresif. Segala macam aspek kehidupan selalu mengalami perubahan. Mulai dari Iptek, yang setiap bulannya selalu memunculkan inovasi-inovasi baru. Hingga penampilan juga mengalami perubahan yang cukup signifikan. Coba cermati film-film tahun 60-70-an kemudian bandingkan dengan film keluaran terbaru. Pasti akan anda jumpai perbedaan yang mencolok terutama pada gaya rambut dan pakaian para aktrisnya. Begitu pula dengan negara-negara maju, mereka pasti mempunyai produk hasil kreasi dan inovasi (baik berupa pemikiran maupun barang) yang berbeda dari yang sebelumnya telah ada.
            Jika negeri ini ingin menjadi negara yang maju dan sejajar dengan negara-negara besar lain di dunia maka yang pertama kali harus dipikirkan adalah perubahan yang progresif. Semua sistem-sistem termasuk komponen-komponen yang membangun sistem tersebut harus dirubah secara menyeluruh. Kalau negeri ini seperti dunia hewan yang dari generasi ke generasi selalu sama, pasti akan tergerus kemudian hancur lebur oleh kebudayaan negara lain yang semakin maju.
            Dalam misi perubahan ini, mahasiswa menjadi generasi yang paling diharapkan kontribusinya untuk menggagas perubahan yang progresif. Karena menurut teori Behavioristik, seseorang baru bisa dikatakan belajar apabila sudah mampu menunjukkan bentuk perubahan perilaku yang positif. Sedangkan selama ini mahasiswalah yang setiap hari selalu belajar serta mengkaji bidang keilmuan yang lebih spesifik, praktis dan bersifat pengembangan dari materi-materi di sekolah. Sehingga mereka pastinya harus sudah siap diterjunkan ke masyarakat untuk mencetuskan suatu perubahan yang progresif.
            Tetapi antara harapan dan realita sungguh berbeda, jangankan diterjunkan ke masyarakat untuk membawa gagasan perubahan, terhadap materi yang selama ini mereka pelajari  saja belum sepenuhnya memahami. Ketika mereka presentasi atau saat ujian, mereka hanya berbicara dan menuliskan jawaban tanpa adanya pemahaman. Kebanyakan dari mereka hanya Asbun (asal bunyi) dan Asbak (asal tebak). Seperti halnya burung beo yang ketika ditempatkan di depan rumah mereka berbunyi “Assalamualaikum... assalamualaikum”. Namun ketika ditempatkan di kamar mandi bunyinya berubah menjadi “eee’.... eeeee’(bunyi orang buang air besar).
            Berawal dari ketidakpahaman ini akhirnya ketika ada tugas untuk membuat paper atau makalah mereka selalu copas (Copy paste) dari internet. Mereka tidak mampu mencetuskan pemikiran-pemikiran baru yang berbeda dari teori-teori sebelumnya. Ketidakmampuan tersebut dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
1.      Kemalasan berpikir dan orientasi jangka pendek
Mereka tidak mau bersulit-sulit berpikir, yang mereka inginkan tugas cepat selesai dan mendapatkan nilai seadanya. Ini merupakan pemikiran jangka pendek, yang terpenting adalah sekarang dan besok, ya dipikirkan besok. Akibatnya muncullah gaya-gaya instan. Bukan saja senang makan mie instan tetapi juga menginginkan kekayaan yang instan. Sehingga penipuan-penipuan yang berkedok kekayaan instan pun merebak baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Kemudian mahasiswa yang seperti ini apakah mungkin membawa perubahan. Berpikir saja malas apalagi bekerja keras tentu lebih malas lagi. Padahal membuat perubahan di masyarakat perlu berpikir dan bekerja keras. Itupun jaminan pasti selalu berhasil namun akan selalu ada bayang-bayang kegagalan.  
Selain itu, ketika di dalam pikirannya tidak ada orientasi jangka panjang maka juga pasti tidak akan mampu membuat perubahan. Pasalnya, perubahan yang dilakukan sekarang ini hasilnya baru bisa dinikmati beberapa tahun kemudian. Tentunya ini akan dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang tidak cocok dilakukan oleh mahasiswa yang berpikir jangka pendek dan menginginkan serba instan.
2.      Takut menyampaikan gagasan barunya
Ada banyak mahasiswa yang masih diliputi rasa ketakutan jika menuliskan gagasannya sendiri dalam tugas-tugas yang diberikan dosen. Mereka takut salah, tidak diterima dan dianggap menyimpang dari teori yang sudah ada. Sehingga mengakibatkan IPK-nya menjadi jelek. Akhirnya mereka memilih copas (Copy Paste) pemikiran orang lain. Mereka memilih mengekor pemikiran orang lain daripada berdiri tegak pada pemikiran sendiri. Persis seperti semut yang diceritakan di atas, jika semut pertama keluar dari lubangnya kemudian berjalan pada suatu jalan maka semut kedua, ketiga, keempat, keseratus, kedua ratus dan seterusnya akan melewati jalan yang sama dengan semut pertama tadi. Apakah mahasiswa sama seperti semut? Tentunya tidak, mahasiswa itu manusia bukan hewan yang kecil sedangkan manusia adalah master piece Allah SWT yang diciptakan paling sempurna. 
Apakah gerangan mahasiswa yang hidupnya selalu diliputi oleh perasaan ketakutan ini bisa menjadi generasi pelopor perubahan di masyarakat. Padahal membuat perubahan di masyarakat lebih menakutkan daripada suasana di ruang kuliah. Pasti akan ada orang yang tidak senang karena merasa tersaingi, menentang, menghina, mensabotase, memusuhi bahkan bisa jadi sampai membunuh.
Kalau diruang kuliah saja sudah diliputi ketakutan yang begitu besar tentunya akan lebih takut lagi untuk membuat perubahan di masyarakat. Akhirnya mereka memilih mengekor pada kebudayaan dan peradaban lama yang telah ada. Padahal kebudayaan dan peradaban lama, khususnya yang ada di Indonesia ini tidak mampu mengatasi problematika dan membawa perubahan secara progresif yang begitu signifikan. Akhirnya, kalau mahasiswa tidak berani membuat perubahan, Indonesia akan selamanya begini-begini saja. Miskin, terbelakang dan selalu dirundung banyak permasalahan.
Orang-orang yang tercatat di dalam buku sejarah adalah mereka yang berani melakukan perubahan besar dalam masyarakat. Walaupun awalnya mereka ditolak dan dimusuhi namun tidak menjadikan itu sebagai sebuah ketakutan yang merintanginya melainkan sebagai sebuah tantangan yang harus mereka pecahkan.
            Kalau masih mempunyai kebiasaan-kebiasaan seperti di atas seperti malas berpikir, berorientasi jangka pendek dan ketakutan yang luar biasa menyampaikan gagasannya sendiri kemudian memilih mengekor pemikiran orang lain, maka walaupun berteriak-teriak menginginkan sebuah perubahan. Perubahan itu tidak akan kunjung datang. Karena mereka tidak mengerti hakekat sebenarnya tentang sebuah perubahan. Sehingga juga tidak akan tahu cara menciptakannya. Satu-satunya tindakan yang bisa mereka lakukan hanyalah berdemo di depan kantor-kantor pemerintahan atau memenuhi jalanan. Maka tidak aneh jika berita-beritan yang masuk media tentang mahasiswa adalah berita tentang demo. Mahasiswa diidentikkan dengan demo.
            Demo sebenarnya boleh-boleh saja karena itu sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan aspirasi. Demo yang tidak diperbolehkan adalah demo yang kemudian turun kejalan dan berujung bentrok yang kemudian memakan korban jiwa. Tetapi alangkah baiknya seandainya sebelum mendemo pemerintah kita demo terlebih dahulu diri kita. Jadi, bukan lagi meneriakkan “Turunkan BBM” tetapi “Turunkan kemalasan, tingkatkan kerajinan”. Demo diri sendiri mangapa belum bisa menciptakan perubahan di masyarakat, mengapa belum bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Kalau sudah mampu mendemo diri sendiri secara berkelanjutan setiap hari maka suatu saat nanti demo di sekitar bundaran HI dan di depan kantor-kantor pemerintahan bukan lagi demo untuk menggulingkan pemerintahan melainkan demo karya. Tiap-tiap mahasiswa memamerkan karya hasil kreasi dan inovasinya.
            Kalau sudah bisa membuat perubahan sendiri, walaupun pemerintah tidak juga kunjung berubah namun diri kita dan bangsa ini akan tetap bisa berubah ke arah yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Akan menjadi percuma kalau pemerintah mengadakan perubahan sementara kebiasaan masyarakat tidak berubah. Misalnya, pemerintah mengadakan perubahan di bidang tata kelola kota untuk mencegah banjir, namun kebiasaan membuang sampah di sembarangan tempat tidak juga kunjung berubah.
            Sehingga marilah mahasiswa semua kita adakan perubahan. Jadilah generasi pelopor perubahan di masyarakat. Perubahan yang di awali dari diri sendiri kemudian dilanjutkan dengan mencetuskan perubahan di masyarakat dunia. Ubahlah kebiasaan malas, berorientasi jangka pendek, dan ketakutan berdiri di atas ide sendiri. Terakhir untuk menutup artikel ini penulis mengutip perkataan dari  Jalaluddin Rumi tentang sebuah perubahan:
“Kemarin aku begitu cerdas, maka aku ingin mengubah dunia. Kini aku menjadi bijak, maka aku pun mengubah diriku sendiri”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar