Kamis, 12 November 2015

Kaya Tak Bahagia, Mungkin Kebanyakan Dosa

Sering kita mendengar pepatah klasik bahwa orang kaya tak selalu bahagia. Pepatah tersebut tidak seratus persen benar namun juga tidak seratus persen benar. Artinya, bisa benar juga bisa salah tergantung dari orang kaya yang dimaksud. Jangan dikira dalam gedung-gedung bertingkat tak ada rintihan dan air mata. Tak selamanya mereka yang tidur di atas kasur yang empuk bisa tidur lebih nyenyak dibandingkan dengan mereka yang tidur beralaskan koran di emperan toko. Tak selamanya pula mereka yang sering makan di restoran-restoran mewah luar negeri lebih terasa enak dibandingkan dengan mereka yang hanya bisa makan dengan sambal dan ikan asin. Tak selamanya mereka yang berpakaian serba mewah, badannya lebih sehat daripada mereka yang berpakaian compang-camping. Singkat kata, kebanyakan orang kaya tak seperti bayangan kita selama ini. Bisa menikmati segala yang mereka punya dengan penuh kenikmatan dan kepuasan.

Secara logika, seharusnya orang kaya dengan segala fasilitas yang bisa mempermudah dan membantu menikmati kehidupan yang tidak dimiliki oleh orang-orang miskin bisa membuat mereka hidup dengan lebih nyaman, dapat menikmati hidupnya dan beristirahat dengan tenang. Namun ketika realitas tidak sesuai dengan logika pasti ada faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor yang mungkin berpengaruh itu adalah faktor dosa.
Kalau kekayaannya diperoleh dari hasil yang tidak halal, dari hasil mencuri atau korupsi misalnya maka wajar kalau menimbulkan perasaan tidak tenang. Namun ada juga kekayaan yang diperoleh secara halal dari hasil mereka membanting tulang siang-malam, lalu kalau begitu faktor apa yang membuat ketidakbahagiaan itu?
Dari berbagai macam faktor yang mungkin mempengaruhinya, faktor dosa masih tetap tak bisa dilepaskan. Ada dosa-dosa kecil yang mereka lakukan hampir setiap hari tanpa mereka sadari. Mungkin saja mereka juga sudah mengetahui jika itu perbuatan yang bisa menimbulkan kerusakan namun mereka menganggapnya sebagai sesuatu hal yang kecil dan remeh serta tidak mungkin menimbulkan dampak serius. Padahal hal-hal kecil yang dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama suatu ketika akan berubah menjadi sesuatu yang besar. Begitu pula dengan dosa-dosa kecil yang terus-menerus dilakukan suatu saat juga akan menjadi dosa besar.
Dosa kecil orang kaya yang dimaksud misalnya menghambur-hamburkan uang untuk bersenang-senang. Padahal Allah SWT telah melarang perbuatan tabzir (boros) dan menjuluki pelakunya sebagai saudara-saudaranya syetan. Sebagaimana firman-Nya berikut ini.
إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا ٢٧
Artinya:
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S. Al Isra’ 17:27)
Selain merupakan perbuatan tabzir (pemborosan) yang dilarang oleh Allah SWT perbuatan ini juga menimbulkan suatu dampak tersendiri. Dampak itu dimulai ketika mereka berangkat ke tempat-tempat untuk memuaskan kesenangan mereka, misalnya pergi ke restoran mewah karena tidak mau makan di rumah. Jika jarak restoran tersebut dengan rumahnya agak jauh, tidak mungkin mereka menuju tempat tersebut dengan berjalan kaki tetapi mereka mengendarai mobil atau setidaknya mengendarai motor. Dengan begitu secara tidak langsung mereka telah menyumbang kemacetan di jalan raya hanya untuk memuaskan keinginan mereka yang sebenarnya tidak terlalu penting. Akibatnya ada pihak-pihak yang dirugikan. Seperti orang yang sakit hendak dilarikan ke rumah sakit menjadi tidak tertolong karena terjebak oleh kemacetan. Para pelajar juga menjadi terlambat sampai ke sekolah atau kampus sehingga mereka mendapatkan hukuman dan melewatkan pelajaran selama beberapa menit. Karyawan menjadi dimarahi oleh atasan karena sampai di tempat kerja terlambat. Dan kerugian lainnya akibat kemacetan.
Tidak cukup sampai segitu akibat yang mereka timbulkan. Gas buangan kendaraan yang mereka kendarai juga menimbulkan pencemaran udara yang kemudian bisa menimbulkan berbagai penyakit saluran pernafasan. Belum lagi bau kentutnya yang membuat sekarat orang yang menciumnya.... hehehe.
Ternyata juga tidak cukup sampai di situ saja dampaknya. Tatkala mereka makan dan minum yang dibungkus dengan plastik atau bahan lan yang menjadi sampah yang sulit terurai juga akan menimbulkan pencemaran tanah lalu menimbulkan berbagai macam penyakit.
Itu hanya satu contoh kecil perbuatan orang-orang kaya yang selama ini mereka anggap wajar-wajar saja, ternyata menimbulkan suatu dampak luar biasa. Bagaimana dengan perbuatan-perbuatan mereka yang lainnya? Tentunya akan lebih banyak lagi dampak yang mereka timbulkan. Itu semua akhirnya menjadi dosa yang berakibat pada ketidakbahagiaan mereka. Untuk menghilangkan dosa tersebut hendaknya mereka bertaubat kemudian mengikutinya dengan perbuatan-perbuatan baik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini.
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ) رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح(

Artinya:
“Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah saw beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik”. (Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).
  Salah satu perbuatan baik yang bisa memperbaiki kerusakan yang mereka timbulkan adalah dengan bersedekah. Melalui sedekah mereka turut memberikan manfaat dan meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita yang kurang mampu. Dengan sedekah pula juga bisa mengurangi kecenderungan untuk berfoya-foya yang menimbulkan kerusakan bagi sekitarnya.
Jadi, kaya tak bahagia mungkin banyak dosa. Hapus dosa-dosa itu dengan semakin memperbanyak dan selalu meningkatkan sedekah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar