Rabu, 02 September 2015

Ikrar Keimanan Muslimah Sejati



Sungguh kesejatian keimanan seorang muslimah baru benar-benar terbukti saat ujian itu datang. Melalui ujian tersebutlah yang akan membedakan apakah benar-benar beriman ataukah pura-pura. Dalam sejarah kita mengenal kisah seorang muslimah yang berhasil membuktikan kebenaran imannya. Berikut ini kisahnya.
            Ketika Nabi Ibrahim AS berada di Palestina setelah sebelumnya berada di Babilonia, Allah SWT kemudian memerintahkan untuk membawa keluarganya pergi ke Makkah. Namun tak beberapa lama kemudian Allah SWT memerintahkan lagi kepada Nabi Ibrahim AS agar meninggalkan istri dan anaknya di Makkah. Perlu diketahui bahwa kota Makkah waktu itu tidak seperti sekarang yang sudah bertebaran hotel-hotel, restoran dan swalayan di mana-mana. Waktu itu Makkah masih belum ada perkampungan penduduk tetapi hanyalah sebuah daerah yang gersang tidak ada air sehingga tidak ada tumbuh-tumbuhan yang mampu hidup di situ. Singkatnya, kota Makkah waktu itu merupakan daerah yang tidak mendukung keberlangsungan kehidupan.  
            Nabi Ibrahim AS perlahan berjalan meninggalkan Istrinya, Hajar tanpa mengutarakan sepatah kata pun. Nabi Ibrahim AS tak mampu untuk mengutarakan perintah Allah SWT tersebut kepada Hajar. Namun Hajar terus mengejar di belakangnya sambil bertanya
“Akan pergi kemanakah wahai suamiku?”
            Nabi Ibrahim AS yang dihinggapi rasa penuh haru terus berlalu tanpa menjawab sepatah katapun. Hajar pun semakin bertambah sedih karena pertanyaannya yang kedua pun tidak dijawab. Tetapi Hajar terus mengikuti dibelakangnya sambil melontarkan pertanyaan yang sama.
“Akan pergi kemanakah wahai suamiku?”
            Sebagai istri yang terbaik, setelah dua kali bertanya kepada suaminya dan tidak dijawab maka Hajar mengerti bahwa suaminya tidak berkenan menjawab pertanyaan itu. Kemudian Hajar pun merubah pertanyaan. Dan yang lebih hebat lagi pertanyaannya bukan
            “Apakah engkau akan menjumpai istri pertamamu?”
            Namun, pertanyaan yang dilontarkan justru pertanyaan yang membuktikan kualitas keimanan yang begitu tinggi. Pertanyaannya yang diajukan Hajar yakni.
            “Wahai suamiku, apakah ini perintah Tuhanmu?”
            Ketika itu Nabi Ibrahim AS menjawab:
            “Benar wahai Istriku, ini adalah perintah Tuhanku.”
            Mendengar jawaban suaminya tersebut hati Hajar menjadi tenang dan tegar. Ketenangan dan ketegaran Hajar ketika ditinggal suaminya merupakan suatu bukti keimanannya kepada Allah SWT. Dia begitu yakin bahwa Allah SWT akan melindungi dirinya dan anaknya. Allah SWT pasti melihat setiap kondisi kesulitannya dan pasti tidak akan mensia-siakan dirinya. Maka sambil tersenyum Hajar mengatakan kepada suaminya,
            “Kalau ini perintah Tuhanmu janganlah ragu. Pergilah wahai suamiku. Jangan kau pikirkan kami di sini. Allah tidak akan menyia-nyiakan kami... pergilah wahai suamiku.. pergilah..”
            Inilah sebuah ikrar yang merupakan bukti bahwa keimanannya telah benar-benar mantap. Ketika dalam kondisi kesulitan yang berbicara bukan nafsu dan emosinya namun keimanannya. Keimanannya bagaikan sebuah pohon yang baik. Akarnya menghujam kuat kedalam bumi. Tak mampu diruntuhkan oleh halangan dan rintangan apapun. Rantingnya menjulang tinggi ke angkasa. Dan setiap musim memberikan buah yang begitu ranum dan manis dengan seizin Tuhannya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ ٢٤ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ ٢٥
Artinya:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (Q.S. Ibrahim 14:24-25)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar