Kamis, 12 November 2015

Kaya Tak Bahagia, Mungkin Kebanyakan Dosa

Sering kita mendengar pepatah klasik bahwa orang kaya tak selalu bahagia. Pepatah tersebut tidak seratus persen benar namun juga tidak seratus persen benar. Artinya, bisa benar juga bisa salah tergantung dari orang kaya yang dimaksud. Jangan dikira dalam gedung-gedung bertingkat tak ada rintihan dan air mata. Tak selamanya mereka yang tidur di atas kasur yang empuk bisa tidur lebih nyenyak dibandingkan dengan mereka yang tidur beralaskan koran di emperan toko. Tak selamanya pula mereka yang sering makan di restoran-restoran mewah luar negeri lebih terasa enak dibandingkan dengan mereka yang hanya bisa makan dengan sambal dan ikan asin. Tak selamanya mereka yang berpakaian serba mewah, badannya lebih sehat daripada mereka yang berpakaian compang-camping. Singkat kata, kebanyakan orang kaya tak seperti bayangan kita selama ini. Bisa menikmati segala yang mereka punya dengan penuh kenikmatan dan kepuasan.

Jumat, 23 Oktober 2015

Tegas dan Tidak Plin-Plan Namun Tetap Menghormati Terhadap Perbedaan Pendapat



Merupakan suatu realitas yang tidak bisa dipungkiri bahwa umat Isam terpecah ke dalam beberapa golongan. Dan masing-masing golongan mempunyai pemahaman dan amalan yang berbeda-beda. Lalu kita harus begaimana? Golongan mana yang seharusnya kita pilih? Adapun banyak orang-orang yang alih-alih tidak mau bergolongan (dianggap ikut kepada golongan tertentu) tetapi pada kenyataannya pemikiran dan amalannya mengikuti suatu golongan tertentu. Lalu kalau begitu apa bedanya?

Minggu, 06 September 2015

Bahasa dan Sastra Indonesia: Pulang kampung Karya Suhardi

Bahasa dan Sastra Indonesia: Pulang kampung Karya Suhardi:    Begitu nyampe di rumah aku kemudian menceritakan banyak hal kepada kedua orang tuaku. Mereka pun juga sesekali bertanya tentang kead...

Rabu, 02 September 2015

Ikrar Keimanan Muslimah Sejati



Sungguh kesejatian keimanan seorang muslimah baru benar-benar terbukti saat ujian itu datang. Melalui ujian tersebutlah yang akan membedakan apakah benar-benar beriman ataukah pura-pura. Dalam sejarah kita mengenal kisah seorang muslimah yang berhasil membuktikan kebenaran imannya. Berikut ini kisahnya.

Rabu, 26 Agustus 2015

Antara Film dan Realitas



Film pada awalnya adalah sebuah fantasi atau khayalan tentang suatu peristiwa yang belum terjadi dalam masyarakat. Misalnya, negara-negara Barat membuat film yang menampilkan kecangiahan teknologi dan persenjataan perang. Selain itu film juga sebagai suatu harapan publik akan suatu hal tertentu yang menjadi kebutuhan mereka. Misalnya, negara-negara di Eropa banyak membuat film Super hero seperti, Kapten Amerika, Supermen, Batman dan lain sebagainya. Karena ternyata negara-negara di Eropa merupakan negara yang kurang aman dan banyak sekali terjadi kasus kriminalitas sehingga mereka mengharapkan datang sosok Superhero yang bisa menolongnya.

Minggu, 23 Agustus 2015

Mahasiswa, Generasi Pelopor Perubahan



Semut ketika berjalan selalu melewati jalan yang sama antara satu dengan yang lain mengikuti semut yang pertama kali berjalan. Ketika semut pertama berjalan melewati sebuah jalan tertentu maka semut kedua dan seterusnya akan melewati jalan itu juga. Pulang-pergi akan melewati jalan itu-itu juga. Tidak ada yang berani mengambil jalan lain walaupun sebenarnya jalan itu terlalu jauh dan sulit. Mereka tetap melaluinya karena ketika mencoba mengambil jalan lain merasa takut tersesat dan tidak sampai ke tempat makanan. Di sisi lain, kera sejak pertama kali diciptakan hingga kini makanannya pisang namun yang dimakan bukan pisang goreng, pisang rebus, pisang coklat namun hanya pisang matang saja tanpa diolah.

Jumat, 21 Agustus 2015

Kodok dan Bangau



Alkisah, di suatu telaga ada seekor bangau sedang mencari makan. Terdengarlah suara tangisan. Kemudian bangau mendatangi sumber tangisan tersebut. Ternyata yang menangis adalah seekor katak. Dia menangis karena khawatir tidak mempunyai tempat tinggal lagi karena telaganya hampir kering. Kemudian bangau memberikan solusi kepada kodok yang sedang bersedih.
“Kodok, maukah kamu aku antarkan ke sebuah tempat yang dapat menjadi tempat tingalmu?” Tanya bangau.
Kemudian kodok berpikir sejenak dan akhirnya memutuskan untuk ikut dengan bangau.
“Kalau kamu mau ikut aku maka ada beberapa syaratnya?”
“Apa syaratnya, bangau?”