Sungguh kesejatian keimanan seorang muslimah baru benar-benar
terbukti saat ujian itu datang. Melalui ujian tersebutlah yang akan membedakan
apakah benar-benar beriman ataukah pura-pura. Dalam sejarah kita mengenal kisah
seorang muslimah yang berhasil membuktikan kebenaran imannya. Berikut ini
kisahnya.
Ketika Nabi
Ibrahim AS berada di Palestina setelah sebelumnya berada di Babilonia, Allah
SWT kemudian memerintahkan untuk membawa keluarganya pergi ke Makkah. Namun tak
beberapa lama kemudian Allah SWT memerintahkan lagi kepada Nabi Ibrahim AS agar
meninggalkan istri dan anaknya di Makkah. Perlu diketahui bahwa kota Makkah
waktu itu tidak seperti sekarang yang sudah bertebaran hotel-hotel, restoran
dan swalayan di mana-mana. Waktu itu Makkah masih belum ada perkampungan
penduduk tetapi hanyalah sebuah daerah yang gersang tidak ada air sehingga
tidak ada tumbuh-tumbuhan yang mampu hidup di situ. Singkatnya, kota Makkah
waktu itu merupakan daerah yang tidak mendukung keberlangsungan kehidupan.
Nabi Ibrahim AS perlahan
berjalan meninggalkan Istrinya, Hajar tanpa mengutarakan sepatah kata pun. Nabi
Ibrahim AS tak mampu untuk mengutarakan perintah Allah SWT tersebut kepada
Hajar. Namun Hajar terus mengejar di belakangnya sambil bertanya
“Akan pergi kemanakah wahai suamiku?”
Nabi Ibrahim AS
yang dihinggapi rasa penuh haru terus berlalu tanpa menjawab sepatah katapun.
Hajar pun semakin bertambah sedih karena pertanyaannya yang kedua pun tidak
dijawab. Tetapi Hajar terus mengikuti dibelakangnya sambil melontarkan
pertanyaan yang sama.
“Akan pergi kemanakah wahai suamiku?”
Sebagai istri yang
terbaik, setelah dua kali bertanya kepada suaminya dan tidak dijawab maka Hajar
mengerti bahwa suaminya tidak berkenan menjawab pertanyaan itu. Kemudian Hajar
pun merubah pertanyaan. Dan yang lebih hebat lagi pertanyaannya bukan
“Apakah engkau
akan menjumpai istri pertamamu?”
Namun, pertanyaan
yang dilontarkan justru pertanyaan yang membuktikan kualitas keimanan yang
begitu tinggi. Pertanyaannya yang diajukan Hajar yakni.
“Wahai suamiku,
apakah ini perintah Tuhanmu?”
Ketika itu Nabi
Ibrahim AS menjawab:
“Benar wahai
Istriku, ini adalah perintah Tuhanku.”
Mendengar jawaban
suaminya tersebut hati Hajar menjadi tenang dan tegar. Ketenangan dan ketegaran
Hajar ketika ditinggal suaminya merupakan suatu bukti keimanannya kepada Allah
SWT. Dia begitu yakin bahwa Allah SWT akan melindungi dirinya dan anaknya.
Allah SWT pasti melihat setiap kondisi kesulitannya dan pasti tidak akan
mensia-siakan dirinya. Maka sambil tersenyum Hajar mengatakan kepada suaminya,
“Kalau ini
perintah Tuhanmu janganlah ragu. Pergilah wahai suamiku. Jangan kau pikirkan
kami di sini. Allah tidak akan menyia-nyiakan kami... pergilah wahai suamiku..
pergilah..”
Inilah sebuah
ikrar yang merupakan bukti bahwa keimanannya telah benar-benar mantap. Ketika dalam
kondisi kesulitan yang berbicara bukan nafsu dan emosinya namun keimanannya. Keimanannya
bagaikan sebuah pohon yang baik. Akarnya menghujam kuat kedalam bumi. Tak mampu
diruntuhkan oleh halangan dan rintangan apapun. Rantingnya menjulang tinggi ke
angkasa. Dan setiap musim memberikan buah yang begitu ranum dan manis dengan
seizin Tuhannya. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ
مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا
فِي ٱلسَّمَآءِ ٢٤ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ
وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ ٢٥
Artinya:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat”. (Q.S. Ibrahim 14:24-25)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar