Semut ketika berjalan selalu melewati jalan yang sama antara satu
dengan yang lain mengikuti semut yang pertama kali berjalan. Ketika semut
pertama berjalan melewati sebuah jalan tertentu maka semut kedua dan seterusnya
akan melewati jalan itu juga. Pulang-pergi akan melewati jalan itu-itu juga.
Tidak ada yang berani mengambil jalan lain walaupun sebenarnya jalan itu
terlalu jauh dan sulit. Mereka tetap melaluinya karena ketika mencoba mengambil
jalan lain merasa takut tersesat dan tidak sampai ke tempat makanan. Di sisi
lain, kera sejak pertama kali diciptakan hingga kini makanannya pisang namun
yang dimakan bukan pisang goreng, pisang rebus, pisang coklat namun hanya
pisang matang saja tanpa diolah.
Itulah sebagian
kecil kebiasaan-kebiasaan hewan yang diturunkan dari generasi ke generasi dan
sifat itu tidak pernah berubah. Makanya dari dulu hingga sekarang dan sampai
nanti, hewan akan seperti itu-itu saja tidak akan pernah mengalami perkembangan
peradaban. Tidak akan pernah ada hewan yang mampu menciptakan kebudayaan maju.
Hewan juga tidak akan mampu menciptakan teknologi. Kehidupan hewan itu statis.
Apa yang mereka lakukan selalu sama persis dari generasi ke generasi.
Kehidupan dunia
hewan ini, berbeda jauh dengan kehidupan manusia yang setiap masa selalu
mengalami perubahan ke arah yang lebih progresif. Segala macam aspek kehidupan
selalu mengalami perubahan. Mulai dari Iptek, yang setiap bulannya selalu
memunculkan inovasi-inovasi baru. Hingga penampilan juga mengalami perubahan
yang cukup signifikan. Coba cermati film-film tahun 60-70-an kemudian
bandingkan dengan film keluaran terbaru. Pasti akan anda jumpai perbedaan yang
mencolok terutama pada gaya rambut dan pakaian para aktrisnya. Begitu pula dengan
negara-negara maju, mereka pasti mempunyai produk hasil kreasi dan inovasi
(baik berupa pemikiran maupun barang) yang berbeda dari yang sebelumnya telah
ada.
Jika negeri ini
ingin menjadi negara yang maju dan sejajar dengan negara-negara besar lain di
dunia maka yang pertama kali harus dipikirkan adalah perubahan yang progresif.
Semua sistem-sistem termasuk komponen-komponen yang membangun sistem tersebut
harus dirubah secara menyeluruh. Kalau negeri ini seperti dunia hewan yang dari
generasi ke generasi selalu sama, pasti akan tergerus kemudian hancur lebur oleh
kebudayaan negara lain yang semakin maju.
Dalam misi perubahan
ini, mahasiswa menjadi generasi yang paling diharapkan kontribusinya untuk
menggagas perubahan yang progresif. Karena menurut teori Behavioristik,
seseorang baru bisa dikatakan belajar apabila sudah mampu menunjukkan bentuk
perubahan perilaku yang positif. Sedangkan selama ini mahasiswalah yang setiap
hari selalu belajar serta mengkaji bidang keilmuan yang lebih spesifik, praktis
dan bersifat pengembangan dari materi-materi di sekolah. Sehingga mereka
pastinya harus sudah siap diterjunkan ke masyarakat untuk mencetuskan suatu
perubahan yang progresif.
Tetapi antara
harapan dan realita sungguh berbeda, jangankan diterjunkan ke masyarakat untuk
membawa gagasan perubahan, terhadap materi yang selama ini mereka pelajari saja belum sepenuhnya memahami. Ketika mereka
presentasi atau saat ujian, mereka hanya berbicara dan menuliskan jawaban tanpa
adanya pemahaman. Kebanyakan dari mereka hanya Asbun (asal bunyi) dan Asbak
(asal tebak). Seperti halnya burung beo yang ketika ditempatkan di depan rumah
mereka berbunyi “Assalamualaikum... assalamualaikum”. Namun ketika
ditempatkan di kamar mandi bunyinya berubah menjadi “eee’.... eeeee’(bunyi
orang buang air besar).
Berawal dari
ketidakpahaman ini akhirnya ketika ada tugas untuk membuat paper atau makalah
mereka selalu copas (Copy paste) dari internet. Mereka tidak mampu mencetuskan
pemikiran-pemikiran baru yang berbeda dari teori-teori sebelumnya.
Ketidakmampuan tersebut dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
1.
Kemalasan berpikir dan orientasi jangka pendek
Mereka tidak mau bersulit-sulit
berpikir, yang mereka inginkan tugas cepat selesai dan mendapatkan nilai
seadanya. Ini merupakan pemikiran jangka pendek, yang terpenting adalah
sekarang dan besok, ya dipikirkan besok. Akibatnya muncullah gaya-gaya instan.
Bukan saja senang makan mie instan tetapi juga menginginkan kekayaan yang
instan. Sehingga penipuan-penipuan yang berkedok kekayaan instan pun merebak
baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Kemudian mahasiswa yang seperti ini
apakah mungkin membawa perubahan. Berpikir saja malas apalagi bekerja keras
tentu lebih malas lagi. Padahal membuat perubahan di masyarakat perlu berpikir
dan bekerja keras. Itupun jaminan pasti selalu berhasil namun akan selalu ada
bayang-bayang kegagalan.
Selain itu,
ketika di dalam pikirannya tidak ada orientasi jangka panjang maka juga pasti
tidak akan mampu membuat perubahan. Pasalnya, perubahan yang dilakukan sekarang
ini hasilnya baru bisa dinikmati beberapa tahun kemudian. Tentunya ini akan
dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang tidak cocok dilakukan oleh mahasiswa
yang berpikir jangka pendek dan menginginkan serba instan.
2.
Takut menyampaikan gagasan barunya
Ada banyak mahasiswa yang masih
diliputi rasa ketakutan jika menuliskan gagasannya sendiri dalam tugas-tugas
yang diberikan dosen. Mereka takut salah, tidak diterima dan dianggap
menyimpang dari teori yang sudah ada. Sehingga mengakibatkan IPK-nya menjadi
jelek. Akhirnya mereka memilih copas (Copy Paste) pemikiran orang lain.
Mereka memilih mengekor pemikiran orang lain daripada berdiri tegak pada
pemikiran sendiri. Persis seperti semut yang diceritakan di atas, jika semut
pertama keluar dari lubangnya kemudian berjalan pada suatu jalan maka semut
kedua, ketiga, keempat, keseratus, kedua ratus dan seterusnya akan melewati
jalan yang sama dengan semut pertama tadi. Apakah mahasiswa sama seperti semut?
Tentunya tidak, mahasiswa itu manusia bukan hewan yang kecil sedangkan manusia
adalah master piece Allah SWT yang diciptakan paling sempurna.
Apakah gerangan mahasiswa yang
hidupnya selalu diliputi oleh perasaan ketakutan ini bisa menjadi generasi
pelopor perubahan di masyarakat. Padahal membuat perubahan di masyarakat lebih
menakutkan daripada suasana di ruang kuliah. Pasti akan ada orang yang tidak
senang karena merasa tersaingi, menentang, menghina, mensabotase, memusuhi bahkan
bisa jadi sampai membunuh.
Kalau diruang kuliah saja sudah
diliputi ketakutan yang begitu besar tentunya akan lebih takut lagi untuk
membuat perubahan di masyarakat. Akhirnya mereka memilih mengekor pada
kebudayaan dan peradaban lama yang telah ada. Padahal kebudayaan dan peradaban
lama, khususnya yang ada di Indonesia ini tidak mampu mengatasi problematika
dan membawa perubahan secara progresif yang begitu signifikan. Akhirnya, kalau
mahasiswa tidak berani membuat perubahan, Indonesia akan selamanya begini-begini
saja. Miskin, terbelakang dan selalu dirundung banyak permasalahan.
Orang-orang yang tercatat di dalam
buku sejarah adalah mereka yang berani melakukan perubahan besar dalam
masyarakat. Walaupun awalnya mereka ditolak dan dimusuhi namun tidak menjadikan
itu sebagai sebuah ketakutan yang merintanginya melainkan sebagai sebuah
tantangan yang harus mereka pecahkan.
Kalau masih
mempunyai kebiasaan-kebiasaan seperti di atas seperti malas berpikir,
berorientasi jangka pendek dan ketakutan yang luar biasa menyampaikan
gagasannya sendiri kemudian memilih mengekor pemikiran orang lain, maka
walaupun berteriak-teriak menginginkan sebuah perubahan. Perubahan itu tidak
akan kunjung datang. Karena mereka tidak mengerti hakekat sebenarnya tentang
sebuah perubahan. Sehingga juga tidak akan tahu cara menciptakannya. Satu-satunya
tindakan yang bisa mereka lakukan hanyalah berdemo di depan kantor-kantor
pemerintahan atau memenuhi jalanan. Maka tidak aneh jika berita-beritan yang
masuk media tentang mahasiswa adalah berita tentang demo. Mahasiswa
diidentikkan dengan demo.
Demo sebenarnya
boleh-boleh saja karena itu sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan
aspirasi. Demo yang tidak diperbolehkan adalah demo yang kemudian turun kejalan
dan berujung bentrok yang kemudian memakan korban jiwa. Tetapi alangkah baiknya
seandainya sebelum mendemo pemerintah kita demo terlebih dahulu diri kita.
Jadi, bukan lagi meneriakkan “Turunkan BBM” tetapi “Turunkan kemalasan,
tingkatkan kerajinan”. Demo diri sendiri mangapa belum bisa menciptakan
perubahan di masyarakat, mengapa belum bisa menciptakan lapangan pekerjaan.
Kalau sudah mampu mendemo diri sendiri secara berkelanjutan setiap hari maka
suatu saat nanti demo di sekitar bundaran HI dan di depan kantor-kantor
pemerintahan bukan lagi demo untuk menggulingkan pemerintahan melainkan demo
karya. Tiap-tiap mahasiswa memamerkan karya hasil kreasi dan inovasinya.
Kalau sudah bisa
membuat perubahan sendiri, walaupun pemerintah tidak juga kunjung berubah namun
diri kita dan bangsa ini akan tetap bisa berubah ke arah yang lebih baik lagi
dari hari ke hari. Akan menjadi percuma kalau pemerintah mengadakan perubahan
sementara kebiasaan masyarakat tidak berubah. Misalnya, pemerintah mengadakan
perubahan di bidang tata kelola kota untuk mencegah banjir, namun kebiasaan
membuang sampah di sembarangan tempat tidak juga kunjung berubah.
Sehingga marilah
mahasiswa semua kita adakan perubahan. Jadilah generasi pelopor perubahan di
masyarakat. Perubahan yang di awali dari diri sendiri kemudian dilanjutkan
dengan mencetuskan perubahan di masyarakat dunia. Ubahlah kebiasaan malas,
berorientasi jangka pendek, dan ketakutan berdiri di atas ide sendiri. Terakhir
untuk menutup artikel ini penulis mengutip perkataan dari Jalaluddin Rumi tentang sebuah perubahan:
“Kemarin aku begitu cerdas, maka aku ingin mengubah dunia. Kini aku
menjadi bijak, maka aku pun mengubah diriku sendiri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar