قُلۡ
هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ
ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨
Artinya:
“Katakanlah: "Inilah jalan
(agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik". (Q.S. Yusuf 12:108)
Isi kepala tiap-tiap orang memang tidaklah selalu sama. Dari situlah
kemudian melahirkan pemikiran yang berbeda-beda tentang Islam.
Akhirnya Islam terpecah belah menjadi beberapa firqah (golongan). Barawal dari rasa ketidakpuasan dan kesalahpahaman kemudian memutuskan untuk membentuk golongan tersendiri sebagai tandingannya. Sebenarnya hal ini menyelisi ajaran Al Qur’an berikut ini.
Akhirnya Islam terpecah belah menjadi beberapa firqah (golongan). Barawal dari rasa ketidakpuasan dan kesalahpahaman kemudian memutuskan untuk membentuk golongan tersendiri sebagai tandingannya. Sebenarnya hal ini menyelisi ajaran Al Qur’an berikut ini.
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا
تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ
فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ
عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ
ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S. Ali Imran 3:103)
Seharusnya umat Islam bersatu padu dalam rajutan ukhwuah
islamiyah. Tidak perlu bergolong-golongan kemudian saling
salah-menyalahkan. Sebab dengan bergolong-golongan tersebut kekuatan umat islam
juga menjadi terpecah pula. Ibarat sapu lidi yang sulit untuk dipatahkan ketika
lidi-lidi itu terikat menjadi satu. Namun ketika ikatan itu dilepas kemudian
lidi itu tercecer maka lidi tersebut dapat dengan mudahnya kita patahkan.
Begitulah kira-kira kondisi umat islam sekarang ini. Menjadi seperti buih di
lautan yang terombang-ambing kesana-kemari. Palestina sukses diporak-porandakan
oleh Israel. Di Myanmar, etnis Budha mewacanakan penghapusan ras Rohingnya.
Deskriminasi nama Muhammad dan Ali di bandara Soekarno-Hatta. Wacana
penghapusan kolom agama di KTP, kurban dilarang di sekolah-sekolah, situs-situs
Islam diblokir tanpa alasan dan masih banyak lagi.
Sejumlah fakta tak terbantahkan di atas sebagai sebuah
bukti melemahnya kekuatan umat Islam menghadapi kekuatan kafirin sebagai sebuah
akibat dari perpecahan umat Islam menjadi beberapa firqah (golongan).
Tiap-tiap golongan bukan berjuang atas nama Islam melainkan berjuang atas nama
golongannya tersebut.
Ahlussunnah wal
Jama’ah, The Right Manhaj
“Umat Islam terpecah”. Merupakan suatu realitas nyata
yang tidak mungkin lagi kita tutup-tutupi. Dari hari ke hari perpecahan ini
makin tidak terkendalikan. Golongan demi golongan baru bermunculan. Hal ini
sebenarnya telah jauh-jauh di-nubuwahkan (diramalkan) oleh Rasulullah SAW
sebagaimana dalam hadist berikut ini.
عَنْ أَبِيْ عَامِرٍ الْهُوزَنِيْ عَنْ مُعَاوِيَّةَ بْنِ أَبِيْ سُفْيَانَ
أَنَّهُ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ أًلا إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ : أَلا إِنَّ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ افْتَرَقُوْا عَلٰى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً، وَإِنْ هَذِهِ
الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلٰى ثَلاثِ وَسَبْعِيْنَ اثْنَتَانِ وَسَبْعِوْنَ فِي
النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
Artinya:
Dari Abu ‘Aamir Al-Huzaniy, dari
Mu’awiyyah bin Abi Sufyan bahwasannya ia (Mu’awiyyah) pernah berdiri di hadapan
kami, lalu ia berkata : Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam pernah bediri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda : “Ketahuilah,
sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani)
terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan, dan sesungguhnya umat ini akan
terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan. (Adapun) yang tujuh puluh dua
akan masuk neraka dan satu golongan akan masuk surga, yaitu ”Al-Jama’ah”.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dalam
Kitaabul-Iman, bab Maa Jaa-a fi-Iftiraaqil Hadzihil-Ummah No. 2779 dari
shahabat ’Abdullah bin ’Amr bin Al-’Ash dan Imam Al-Laalikaa’i meriwayatkan
dalam kitabnya Syarah Ushuulil-I’tiqad Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah I:99 No. 147
dari shahabat dan dari jalan yang sama, dengan ada tambahan pertanyaan, yaitu :
”Siapakah golongan yang selamat itu ?”. Beliau shallallaahu ’alaihi wasallam
menjawab :
مَا أَنَا عَلَيْهِ
وَأَصْحَابِي
Artinya:
“Ia adalah
golongan yang mengikuti jejakku dan jejak para shahabatku”.[1]
Menjadi muslim yang tidak bergolongan di era ini
merupakan suatu kemustahilan. Semuanya, mau atau tidak mau tetap bergolongan.
Termasuk orang-orang yang tidak mau bergolongan apapun sebenarnya secara tidak
langsung telah mengolongkan dirinya. Lebih tepatnya golongan orang yang tidak
mau bergolongan.
Karena tidak bergolongan itu merupakan sebuah
kemustahilan maka pastikan bahwa kita termasuk kedalam golongan yang selamat
atau firqatun najiyah. Golongan yang selamat itu menurut hadist di atas
adalah ahlussunnah wal jama’ah. Lalu siapakah Ahlussunah wal jama’ah tersebut?
Ahlussunah wal jama’ah bukanlah NU (Nahdhatul ‘Ulama),
Muhammadiyah, Salafi/Wahabi, HT (Hizbut Tahrir), Persis (Persatuan Islam),
Jama’ah Tabligh, FPI (Front Pembela Islam) atau ormas yang lain. Namun bisa
jadi pula ada salah satu dari ormas tersebut yang termasuk ke dalam Ahlussunnah
wal Jama’ah jika apa yang mereka ajarkan sesuai denmgan ajaran Ahlussunnah wal
Jama’ah . Sebutan Ahlussunah wal Jama’ah bukanlah milik suatu ormas atau
lembaga. Ahlussunnah wal Jama’ah adalah
suatu julukan bagi orang-orang yang senantiasa mengikuti risalah Nabi Muhammad
SAW dan para sahabatnya. Tidak pernah menyelisihi Rasulullah SAW sedikitppun
dan tidak membuat hal-hal baru dalam ibadah (bid’ah). Akan tetapi selalu berpegang
teguh bagaikan menggigit sunnah dengan gigi gerahamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar