BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang masalah
Seorang filsuf Yunani abad ke-4 SM Aristoteles
mengatakan bahwa,
“Belajar adalah kenikmatan alami”.
Tetapi realitas yang terjadi di sekolah-sekolah atau di
madrasah-madrasah banyak anak-anak yang merasa bahwa belajar itu membosankan.
Sehingga banyak dari mereka yang kemudian berusaha menghindar dari pelajaran
baik itu dengan pura-pura sakit, mebolos atau dengan cara-cara yang lainnya. Hal
ini terjadi karena ada kesalahan yang dilakukan oleh guru tentang cara mengajar
siswa. Seorang guru biasanya menggunakan pendekatan yang kurang tepat sehingga
menimbulkan suasana jauh dari kenyamanan.
Di sisi lain
kebanyakan orang setuju bahwa membantu siswa dalam belajar adalah fungsi vital
dari sekolah. Namun, tidak semua orang mengetahui lalu setuju mengenai cara
terbaik untuk belajar. Kita memulai bab ini memulai dengan apa yang melibatkan
pembelajaran, kemudian beralih ke pendekatan perilaku utama untuk belajar.
Selanjutnya, kita membahas bagaimana prinsip-prinsip perilaku yang diterapkan
untuk mendidik siswa. Pada bagian terakhir, kita akan membahas tentang
pendekatan kognitif sosial untuk belajar.
2.
Rumusan Masalah
a.
Apakah
belajar itu?
b.
Apa
saja pendekatan pembelajaran yang efektif untuk dikembangkan di kelas?
c.
Apa
perbedaan antara pengkondisian klasik dan pengkondisian operan?
d.
Bagaimana
penerapan analisis perilaku dalam pendidikan?
e.
Apa
yang dimaksud dengan pendekatan kognitif sosial dalam pembelajaran?
3.
Tujuan
a.
Mengetahui
definisi belajar dan gambaran lima pendekatan untuk mempelajarinya
b.
Membandingkan
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan
c.
Menerapkan
analisis perilaku dalam pendidikan
d.
Meringkas
pendekatan kognitif sosial untuk pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Apakah Belajar atau Tidak Belajar?
Belajar merupakan fokus sentral
pembahasan dalam ilmu psikologi pendidikan. Ilmu ini sangat urgen untuk
diterapkan di lingkungan sekolah. Karena memang sekolah merupakan suatu
lingkungan sosial untuk membantu anak-anak belajar.
a.
Belajar atau bukan?
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif
permanen pada perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang terjadi
melalui serangkaian pengalaman yang dialami. Misalnya, ketika seorang anak
belajar mengoperasikan komputer. Mereka mungkin sepanjang perjalannya melakukan
banya kesalahan. Tetapi pada titik tertentu mereka akan mendapatkan bakat
perilaku yang diperlukan untuk menggunakan komputer secara efektif.
Tidak semua yang kita tahu adalah hasil belajar. Kita mewarisi
beberapa kapasitas bawaan atau sejak lahir, tidak dipelajari. Sebagai contoh,
kita tidak harus diajarkan cara berkedip ketika sebuah obyek datang terlalu
dekat dengan mata kita.
b.
Pendekatan pembelajaran
Behaviorisme merupakan pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan
oleh pengalaman yang dapat diamati secara langsung, bukan dengan proses mental.
Pengkondisian klasik dan operan adalah pandangan tentang perilaku yang
menekankan pada pembelajaran asosiatif. Psikologi menjadi lebih kognitif pada akhir
abad ke-20, dan penekanan kognitif berlanjut sampai hari ini. Hal ini tercermin
dalam empatpendekatan kognitif untuk pembelajaran:
-
Pendekatan
kognitif sosial, menekankan pada interaksi perilaku, lingkungan, dan orang
dalam menjelaskan pembelajaran.
-
Pendekatan
pemrosesan informasi, menekankan pada bagaimana anak memproses informasi
melalui perhatian, memori, berpikir, dan proses kognitif lainnya.
-
Pendekatan
kontruktivis kognitif, menekankan kontruksi kognitif pengetahuan dan pemahaman
anak.
-
Pendekatan
kontruktivis sosial, menekankan pada kerjasama dengan pihak lain untuk
menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.
2.
Pendekatan Perilaku Untuk belajar
Perilaku pendekatan menekankan
pentingnya anak-anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Hal ini
mencakup dua pandangan: pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.
a.
Pengkondisian Klasik
Dalam pengkondisian klasik, organisme belajar untuk menghubungkan
atau mengaitkan rangsangan. Pengkondisian klasik adalah gagasan dari Ivan
Pavlov (1927). Untuk sepenuhnya memahami teori Pavlov pengkondiasian klasik,
kita perlu memahami dua rangsangan dan dua jenis tanggapan: rangsanagan tidak
terkondisi (Unconditioned Stimulus-UCS), respon tidak terkondisi (Unconditioned
Respon-UCR), rangsangan terkondisi (conditioned Stimulus-CS) dan
respon terkondisi (conditioned Respon-CR).
UCS adalah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa
harus belajar sebelumnya. Makanan adalah UCS dalam percobaan Pavlov. UCR adalah
respon tanpa belajar yang secara otomatis ditimbulkan oleh UCS. Dalam
eksperimen Pavlov, air liur anjing dalam menanggapi makanan UCR. CS adalah
stimulus yang sebelumnya netral tapi pada akhirnya memunculkan respon
terkondisi setelah dikaitkan dengan UCS. Diantara rangsangan yang dikondisikan
dalam percobaan Pavlov adalah berbagai pemandangan dan suara yang terjadi
sebelum anjing benar-benar memakan makanan. Seperti suara pintu ditutup sebelum
makanan ditempatkan di piring anjing. CR adalah respon yang dipelajari terhadap
stimulus terkondisi yang terjadi setelah UCS-CS dipasangkan.
Pengkondisian klasik ini dapat terlibat dalam dua pengalaman
positif dan negatif anak-anak di dalam kelas. Diantara hal-hal di sekolah anak
yang menghasilkan kesenangan karena mereka telah mendapatkan pengkondisian
klasik adalah lagu favorit dan perasaan bahwa kelas adalah tempat yang aman dan
menyenangkan. Sebagai contoh sebuah lagu akan menjadi netral untuk anak sampai
ia bergabung dengan teman sekelas lain untuk menyanyikan dengan disertai
perasaan positif.
Anak-anak dapat mengembangkan perasaan takut di kelas jika
mengasosiasikan kelas dengan kritik, sehingga kritik menjadi CS karena takut.
Pengkondisian klasik juga dapat terlibat dalam tes kecemasan. Misalnya, seorang
anak gagal dan dikritik, yang menghasilkan kecemasan, setelah itu, ia
mengasosiasikan tes dengan kecemasan. Sehingga mereka kemudian dapatmenjadi CS
untuk kecemasan.
Ø Generalisasi, diskriminasi, dan
kepunahan
Generalisasi
adalah kecenderungan stimulus baru yang mirip dengan stimulus asli yang
dikondisikan untuk menghasilkan respon yang sama. Misalnya, seorang siswa
dikritik karena kinerja yang buruk pada tes biologi. Ketika siswa itu mulai
mempersiapkan untuk tes kimia, ia juga menjadi sangat gugup karena kedua mata
pelajaran yang erat kaitannya dalam Sains. Dengan demikian kecemasan siswa menggeneralisasikan
dari mengambil tes dalam salah satu mata pelajaran untuk mengambil mata
pelajaran yang lain.
Diskriminasi
terjadi ketika organisme merespon rangsangan tertentu dan tidak pada rangsangan
yang lain. Misalnya, seorang mahasiswa merasa tidak gugup dalam mengambil mata
kuliah yang berbeda. Karena dia tahu kalau kedua mata kuliah itu merupakan
bidang studi yang berbeda.
Kepunahan
melibatkan melemahnya CR tanpa adanya UCS. Misalnya, seorang mahasiswa tidak
merasa gugup lagi ketika melakukan kinerja yang lebih baik pada mata kuliah
itu, kecemasannya pun memudar.
Ø Desensitisasi Sistematis
Merupakan
suatu metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik untuk mengurangi
kecemasan dengan melakukan sesuatu hal untuk mengasosiasikan relaksasi dengan
visualisasi dari situasi berturut yang semakin memproduksi kecemasan. Bayangkan
anda di kelas memiliki seorang siswa yang merasa gugup ketika berbicara di
depan kelas. Tujuan desensitisasi sistematis adalah mengajari siswa untuk
mengasosiasikan bicara di depan kelas dengan relaksasi, seperti berjalan di
pantai yang tenang. Menggunakan visualisasi berturut-turut, siswa mungkin
berlatih desensitisasi sistematis dua minggu sebelum berbicara di depan kelas,
lalu seminggu sebelumnya, empat hari sebelumnya, dua hari sebelumnya, sehari
sebelumnya, sebelum masuk sekolah, pada saat memasuki ruang kelas, perjalanan
ke depan kelas, dan ketika pembicaraan itu berlangsung.
b.
Pengkondisian Operan
Pengkondisian operan (Instrumental) adalah suatu bentuk
pembelajaran dimana konsekuensi berupa hukuman dan imbalan dari perilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas bahwa perilaku itu akan terjadi.
Pencetus dari teori ini adalah B.F. Skinner (1938).
Penghargaan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa
perilaku akan terjadi. Sebagai contoh, anda mengatakan “Selamat, aku
benar-benar bangga dengan cerita yang kamu tulis”, jika mahasiswa bekerja keras
dan menulis cerita yang lebih baik dari sebelumnya. Penghargaan ini akan
meningkatkan probabilitas perilaku menulis mahasiswa tersebut. Sebaliknya,
hukuman merupakan konsekuensi yang menurunkan probabilitas perilaku yang akan
terjadi. Misalnya, ketika mahasiswa sedang berbicara di depan kelas kemudian
dosen mengerutkan dahi, maka pembicaraan mahasiswa ini akan berkurang.
Mengerutkan dahi ini dikatakan sebagai hukuman saat siswa itu berbicara.
Bentuk penguatan perilaku ada dua macam, yakni penguatan positif
dan penguatan negatif. Penguatan positif berarti meningkatkan frekuensi respon
karena diikuti oleh stimulus yang bermanfaat. Seperti contoh di atas, pujian
dari dosen bisa meningkatkan perilaku menulis mahasiswa. Sedangkan penguatan
negatif adalah meningkatkan frekuensi respon karena diikuti dengan rangsangan
penghapusan hukuman (menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ayah mengomel pada
anaknya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ia terus mengomel. Akhirnya si
anak bosan mendengarkan omelan ayahnya dan melakukan pekerjaan rumahnya itu.
Respon anak tersebut (mengerjakan PR) merupakan bentuk penghapusan stimulus
tidak menyenangkan (omelan).
Dalam pengkondisian operan juga terjadi generalisasi, diskriminasi
dan kepunahan yang mirip dengan pengkondisian klasik. Generalisasi dalam pengkondisian operan
misalnya terjadi ketika seorang dosen memuji mahasiswanya dalam mata kuliah
psikologi pendidikan maka mahasiswa tersebut akan menyama ratakan rangsangan
ini untuk melakukan pekerjan yang lebih keras lagi dalam mata kuliah bidang
lainnya. Diskriminasi dalam pengkondisian operan terjadi ketika seorang siswa
melihat nampan berlabel “matematika” adalah tempat dimana seharusnya dia
meletakkan pekerjaan matematika hari ini. Sedangkan nampan yang berlabel
“Bahasa Inggris” adalah tempat untuk meletakkan pekerjaan bahasa Inggris hari
ini bukan untuk pekerjaan yang lain. Kepunahan dalam pengkondisian operan
terlhat ketika seorang mahasiswa mencubit temannya dan dosen segera menegurnya.
Jika hal ini terjadi secara teratur maka mahasiswa akan belajar bahwa mencubit
temannya merupakan suatu cara untuk mendapatkan perhatian dari dosen. Jika kemudia
dosen mengabaikannya, mungkin perilaku mahasiswa tadi akan dihentikan.
3.
Analisis Perilaku Terapan dalam Pendidikan
Analisis Perilaku Terapan melibatkan penerapan prinsip-prinsip
pengkondisian operan untuk mengubah perilaku siswa. Penggunaan analisis
perilaku terapan sangat berguna dalam bidang pendidikan dalam rangka
meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan. Aplikasi analisis perilaku terapan ini sering menggunakan
serangkaian langkah, yakni.
a.
Meningkatkan perilaku yang diinginkan
Ada
enam langkah praktis yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku yang
diinginkan pada siswa, yaitu:
v Berikan penguatan secara efektif
Setiap anak mempunyai penguatan yang berbeda-beda. Analisis
perilaku terapan merekomendasikan agar guru mengetahui apakah penguatan itu
bekerja baik atau tidak pada anak tertentu. Untuk mengetahui penguatan apa yang
efektif bagi siswa dapat dilakukan dengan cara memeriksa apa yang telah
memotivasi anak di masa lalu (sejarah), yakni sejarah tentang apa yang siswa
ingin tetapi tidak didapatkan dengan mudah atau yang sering didapatkan, dan
persepsi anak tentang motivasi tersebut.
David Premack, seorang psikolog membuat suatu prinsip yang kemudian
disebut sebagai prinsip Premack. Teori itu menyatakan bahwa kemungkinan
kegiatan yang lebih diinginkan dapat berfungsi sebagai motivasi untuk kegiatan
yang kurang diinginkan. Misalnya, seorang guru mengatakan bahwa “jika kamu
sudah menyelesaikan soal matematika maka kamu boleh pulang”. Namun hal ini
hanya efektif jika pulang lebih diinginkan daripada mengerjakan soal
matematika.
v Buat penguat kontigen dan tepat waktu
Penguatan hanya diberikan pada waktu yang tepat dan hanya jika
siswa melakukan sesuatu hal yang diinginkan. Pernyataan “jika…. maka…” dapat
digunakan untuk untuk membuat siswa merasa jelas atas apa yang harus mereka
lakukan untuk mendapatkan imbalan.
v Pilih jadwal terbaik dari penguatan
Dalam
penguatan yang terjadi secara terus-menerus memang siswa akan belajar dengan
sangat cepat tetapi ketika penguatan itu berhenti maka kepunahan akan terjadi
dengan sangat cepat. Skinner (1957) mengembangkan jadwal penguatan, yaitu
penguatan jadwal parsial yang menentukan kapan respon akan diperkuat. Ada empat
jadwal utama penguatan, yaitu:
-
Jadwal
rasio tetap, yaitu perilaku diperkuat setelah melewatkan sejumlah tanggapan.
Misalnya, guru memberikan pujian hanya setelah siswa berhasil menjawab lima
pertanyaan dengan benar.
-
Jadwal
rasio variable, penguatan diberikan setelah siwa melakukan beberapa kali
tanggapan, namun penguatan yang dilakukan tidak terduga.
-
Jadwal
interval tetap, respon yang tetap pertama setelah jumlah waktu yang tetap
diperkuat. Misalnya, guru dapat memuji anak untuk pertanyaan pertama yang anak
minta setelah tiga menit kemudian.
-
Jadwal
variabel interval, repon diperkuat setelah jumlah variabel waktu berlalu.
Misalnya, guru memuji pertanyaan siswa setelah lima belas menit, Sembilan
menit, enam menit dan sebagainya.
v Pertimbangkan kontrak
Merupakan
penguatan kontigensi yang diletakkan secara tertulis. Guru menyetujui untuk
melakukan sesuatu jika seorang siswa berperilaku dengan cara tertentu. Kontrak
kelas ini biasanya ditandatangani oleh guru, siswa dan diberi tangal kapan
dibuat perjanjian itu.
v Gunakan penguatan negatif secara efektif
Menggunakan penguatan negatif mempunyai kelemahan. Terkadang ketika
guru mencoba menggunakan penguatan negatif, anak malah memberontak. Hasil
negatif ini terjadi paling sering ketika anak-anak tidak memiliki ketrampilan
atau kemampuan untuk melakukan apa yang guru minta.
v Menggunakan permintaan dan membentuk
Permintaan adalah rangsangan tambahan atau isyarat yang diberikan
tepat sebelum respon yang meningkatkan kemungkinan bahwa respon akan terjadi.
Permintaan bisa berwujud verbal. Contohnya, ketika sedang belajar membaca, guru
memegang huruf “I-B-U” kemudian mengatakan “ bukan itu tapi…”. Atau bisa juga
berbentuk intruksi seperti “Mari kita mulai membaca”. Atau bisa juga berbentuk petunjuk,
misalnya ketika guru memberi tahu siswa tentang cara baris-berbaris. Permintaan
juga bisa berwujud visual, seperti ketika guru menempatkan tangannya di telinga
ketika siswanya berbicara sangat pelan.
Membentuk melibatkan pengajaran perilaku baru dengan memperkuat
aproksimasi ke perilaku target yang ditentukan. Misalnya seorang siswa yang
tidak pernah menyelesaikan 50% dari tugas matematikanya. Tetapi anda menetapkan
target 100% tugas matemaikanya dikerjakan. Maka anda harus memberikan penguatan
sampai aproksimasi target. Awalnya mungkin anda hanya memberikan penguatan
ketika sudah mengerjakan sekitar 60%, pada waktu berikutnya 70%, 80%, 90%
sampai akhirnya sampai 100%. Membentuk membutuhkan penguatan sejumlah langkah
kecil dalam perjalanan ke perilaku yang menjadi target.
b.
Menurunkan perilaku yang tidak diinginkan
Untuk menurunkan perilaku yang tidak diinginkan, analisis perilaku
Paul Alberto dan Anne Troutman (2009) merekomendasikan langkah-langkah berikut
ini:
·
Menggunakan
penguatan deferensial
Guru memperkut perilaku yang diinginkan dan berbeda dari apa yang
dilakukan oleh siswa. Misalnya, guru memperkuat anak untuk kegiatan
pembelajaran computer daripada main game.
·
Hentikan
penguatan (kepunahan)
Strategi menghentikan penguatan dengan cara menarik penguatan
positif yang diterjemahkan anak sebagai bentuk legalitas atas perbuatan
buruknya. Jika anda menyadari terlalu banyak memberikan perhatian kepada
perilaku siswa yang tidak pantas, maka segera abaikan dan berikan perhatian
pada perilaku yang sesuai.
·
Menghapus
rangsangan yang diinginkan
Setelah anda mencoba dua opsi di atas tetapi belum juga efektif,
maka ada pilihan yang ketiga yakni dengan menghentikan rangsangan yang
diinginkan selama ini anda berikan. Misalnya dengan menghapus beberapa hak
istimewa.
·
Menghadirkan
rangsangan berupa hukuman
Sebuah stimulus hukuman hanya boleh dilakukan sebagai suatu usaha
terakhir setelah beberapa cara ditempuh tetapi tidak efektif juga. Bentuk yang
paling umum dari hukuman di dalam kelas berupa teguran. Sedangkan hukuman
secara fisik tidak boleh diberikan.
4.
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Belajar
a.
Teori kognitif sosial bandura
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif,
seperti perilaku, memainkan peran penting dalam belajar. Faktor kognitif
mungkin melibatkan harapan siwa untuk sukses, faktor sosial mungkin mencakup
pengamatan siswa terhadap perilaku prestasi orangtua mereka. Teori ognitif
merupakan sumber yang semakin penting dari aplikasi kelas.
Albert Bandura adalah arsitek
utama teori kognitif sosial. Ia mengatakan bahwa ketika siswa belajar, mereka
dapat secara kognitif mewakili atau mengubah pengalaman mereka. Model
determinisme timbal balik dari pembelajarannya meliputi tiga faktor utama :
orang/kognisi, perilaku, dan lingkungan. Orang (kognitif) faktor yang diberikan
penekanan yang paling oleh Bandura dalam beberapa tahun terakhir adalah efikasi
diri, keyakinan bahwa seseorang dapat mengasai situasi dan menghasilkan hasil
yang positif.
b.
Pembelajaran observasional
Belajar observasional adalah pembelajaran yang melibatkan
pemerolehan keterampilan, strategi, dan keyakinan dengan mengamati orang lain.
Bandura menjelaskan empat proses kunci dalam pembelajaran observasional:
Perhatian, Retensi, Produksi dan Motivasi. Pembelajran observasional terlibat
dalam banyak aspek kehidupan anak, termasuk kelas dan media.
c.
Pendekatan perilaku kognitif dan regulasi diri
Metode instruksional diri adalah teknik perilaku kognitif yang
bertujuan untuk mengajarkan individu untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri.
Dalam banyak kasus, dianjurkan bahwa siswa menggantikan pernyataan diri negatif
dengan yang positif. Kognitif behavioris berpendapat bahwa siswa dapat
meningkatkan kinerja mereka dengan memonitor perilaku mereka. Pembelajaran
pengaturan diri generasi diri dan pemantauan diri dari pikiran, perasaan, dan
perilaku untuk mencapai tujuan. Siswa berprestasi sering kali merupakan
pembelajaran pengaturan diri. Salah satu model pembelajaran pengaturan diri
melibatkan komponen-komponen: evaluasi dan pemantauan diri, penetapan tujuan
dan perencanaan strategis, menempatkan rencana kedalam tindakan, dan hasil
pemantauan dan menyempurnakan strategi. Pengaturan diri merupakan asek penting
dari kesiapan sekolah. Aspek penting dari pembelajaran pengaturan diri adalah
memberikan siswa tanggung jawab untuk kegiatan belajar mereka.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a.
Pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan,
dan ketrampilan berpikir yang terjadi melalui serangkaian pengalaman yang
dialami.
b.
Dalam
pengkondisian klasik, organisme belajar untuk menghubungkan atau mengaitkan
rangsangan.
c.
Pengkondisian
operan (Instrumental) adalah suatu bentuk pembelajaran dimana konsekuensi
berupa hukuman dan imbalan dari perilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas bahwa perilaku itu akan terjadi.
d.
Analisis
Perilaku Terapan melibatkan penerapan
prinsip-prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku siswa. Penggunaan
analisis perilaku terapan sangat berguna dalam bidang pendidikan dalam rangka
meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan.
e.
Teori
kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, seperti perilaku,
memainkan peran penting dalam belajar.
f.
Metode
instruksional diri adalah teknik perilaku kognitif yang bertujuan untuk
mengajarkan individu untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri
2.
Kritik dan saran
Dalam makalah ini tentunya terdapat banyak
sekali kelemahan-kelemahan, untuk itu kami memohon kritik serta sarannya yang
bisa membantu memperbaiki makalah ini kedepannya.
Daftar Pustaka
W. Santrock, John (Diterjemahkan oleh Harya
Bimasena).2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar